Bali - Lombok Heritage Journey Day 9 : Bersama Sahabat Mencari Damai Di Puncak Pergasingan

Puncak Rinjani tampak dikejauhan 

Disini (Sembalun Lawang) Kami lalu mencari informasi kepada penduduk setempat tentang arah menuju ke Bukit Pergasingan. Malam ini kami berencana akan menginap/kemping dipuncak. Setelah mendapatkan informasi yang cukup lengkap kami lalu memasuki desa dan segera mencari rumah penduduk yang bisa kita jadikan sebagai tempat penitipan kendaraan.

Dan kami kemudian berhenti di sebuah toko kelontong sederhana untuk membeli logistik sekaligus menanyakan apakah kami bisa menitipkan kendaraan disini dan alhamdulilah bisa pemirsa, sippp dah. Ternyata rumah ibu pemilik toko kelontong tersebut sering dijadikan sebagai tempat penitipan kendaraan. Mereka kebanyakan juga akan mendaki dan kemping ke Bukit Pergasingan.

Sambil menunggu hujan reda kami kemudian berbincang-bincang dengan ibu pemilik toko tersebut tentang Bukit Pergasingan. Aku pertama kali mengetahui informasi tentang tempat ini setelah membaca blog backpacker di internet. Sebenarnya mupeng banget ke Puncak Rinjani sih ? tetapi kondisi untuk saat ini lagi tidak memungkinkan untuk kesana. Masukin ke list dulu saja hehhehehehee, siapa tahu kapan-kapan kesini lagi......

Setelah hujan reda (16.35 WITA) kami lalu berangkat menuju ke Bukit Pergasingan. Barang-barang yang tidak diperlukan kami titipkan disini juga. Belajar dari pengalaman ketika kemping ke dataran tinggi kapan itu, kami disini masing-masing menyewa 1 buah matras spon dengan lapisan alu. foil buat jaga-jaga. Wah berarti kapan-kapan kalo kesini lagi langsung saja menyewa peralatan kempingnya disini jadi tidak susah-susah bawa dari rumah hhehehehehehe.


Sembalun Lawang : gerbang menuju ke Pergasingan dan Rinjani

Puncak Sembalun tampak dikejauhan







Selamat datang di Bukit Pergasingan

Mohon dibaca dengan seksama

Istirahat dulu pemirsa.......

Dari perkampungan kami lalu memasuki kawasan sawah dan ladang milik penduduk kemudian sampai ke akses utama untuk menuju ke puncak. Disini kami harus menaiki beberapa anak tangga dulu sebelum melalukan pendakian yang sesungguhnya dengan melewati jalan setapak yang berada dikaki-kaki bukit.

Karena kondisi fisik yang belum siap maka beberapa kali kami harus berhenti untuk sekedar menghela nafas. Untuk pendakian ini kami tidak terlalu memaksakan diri untuk segera sampai di puncak. Jalani saja semuanya secara step by step, yang penting kita bisa sampai puncak dengan selamat. Maklum saja ada trek yang memiliki kemiringan sekitar 65 derajat.





 


#Ganbatte kawan..........



Kabut mulai turun

Menuju puncak

Langit mulai gelap

Langit mulai gelap ketika kami sampai di punggung bukit. Disini kami ragu-ragu apakah terus naik sampai ke puncak ataukah mendirikan tenda disini saja. Sempat berunding sebentar kami akhirnya memutuskan akan tetap melanjutkan perjalanan menuju ke puncak. Tanggung bingit soalnya sudah tinggal separuh perjalanan lagi. Oke...ganbatte gaes...........

Dan setelah berjuang sekitar 3 jam dengan semangat 45 kami akhirnya sampai juga dipuncak. Tapi yang bikin kami terkejut adalah ketika sampai puncak ternyata ada orang yang berjualan kopi dan makanan kecil gitu *wewww*. Kami kemudian segera mencari posisi ideal untuk mendirikan tenda. Setelah tenda berdiri aku menyempatkan diri menghampiri ke mas-mas penjual jajanan tersebut untuk membeli sebungkus roti kabin dan minuman ringan. Harganya memang 2x lipat dari harga normal tapi masih wajarlah daripada kita harus turun lagi ke desa untuk membeli makanan hehehhehehee.


Menu makan malam yang kali ini cukup istimewa

Mereka ternyata penduduk sekitar dan rumahnya dekat dengan rumah ibu pemilik toko kelontong tersebut. Mantap....salut deh bro karena dengan jeli bisa memanfaatkan situasi dan kondisi ini untuk meraup rejeki sembari menyalurkan hobby. Ok, kembali ke laptop. Tanda sudah berdiri dan saatnya makan malam dulu pemirsa. Menu kali ini sedikit istimewa karena ada nasi putihnya hehehehehehe. Sebelum berangkat tadi bro Edy menyempatkan diri membeli beberapa bungkus nasi putih untuk bekal pendakian ini.

Karena waktu sudah semakin malam dan hawa dingin pegunungan juga mulai menusuk tulang maka kami semuanya lalu memutuskan masuk ke tenda masing-masing dan segera beristirahat. Semoga besok pagi kami berhasil mendapatkan moment yang bagus untuk melihat Sunrise Rinjani. Sampai jumpa esok hari bro...........


Jumat, 02 Januari 2015
Menjelang pagi kami terjaga karena hembusan angin yang begitu kencang sehingga menyebabkan tenda kami hampir roboh. Ketika aku cek ternyata ada 2 buah pasak yang terlepas dari tanah. Untung saja tidak semuanya ?? bisa-bisa kami terjun bebas ke dalam jurang. Menurut kawan-kawan pendaki posisi kami saat mendirikan tenda salah karena pada bagian atap tenda langsung berhadapan dengan arah angin. Ditambah lagi posisi tanah ketika menancapkan pasak juga kurang liat konturnya.

Saat keluar tenda langit rupanya masih mendung sehingga kami tidak berhasil dapat moment sunrise di Pergasingan. Selain kami dipuncak juga terdapat 4 buah tenda lagi yang sedang nge-camp. Bahkan ada 2 tenda diantaranya dihuni oleh beberapa rombongan anak-anak SD dan SMP. Salut banget buat mereka #Respect.










Hamparan sawah yang mirip puzzle



Petunjuk arah menuju ke mata air







Buana jaka hehehhehehee

Nama Bukit Pergasingan berasal dari kata "Gasing" yaitu sejenis permainan tradisional yang terbuat dari bambu. Cara memainkannya cukup mudah yaitu dengan menarik talinya dan membiarkannya berputar. Yang paling lama berputar dialah yang menang. Konon masyarakat Sembalun dulu sering bermain Gasing di puncak bukit ini sehingga dinamakan "Bukit Pergasingan". Tapi seiring berjalannya waktu kegiatan ini sudah tidak dilakukan lagi.

Bukit Pergasingan sering dijadikan alternatif para pendaki ketika Gunung Rinjani ditutup akibat cuaca buruk.
Puncak Pergasingan sendiri berada diketinggian sekitar 1700 mdpl. Banyak yang menyebut kalo Bukit Pergasingan ini sebagai miniatur Rinjani. Kondisi puncak pergasingan cukup luas dan bersih. Disini juga ada sumber mata airnya lho ? jadi kita tidak perlu membawa air yang banyak dari bawah (desa). Ada satu hal yang unik disini adalah indahnya penampakan sawah-swah dibawah sana yang mirip dengan puzzle warna-warni

Puas menikmati indahnya pemandangan Pergasingan, Rinjani dan sekitarnya kami kemudian bersiap-siap untuk turun. Kalo menurut aku ketika kita  melakukan pendakian bagian inilah yang cukup susah. Karena beban berat total tubuh kita akan bertumpu pada kaki sehingga kaki-kaki ini harus bekerja extra keras ketika berjalan menuruni bukit.


Its me







Menghela nafas dulu..maklum wes podo tuwo hahhahaha





Bahkan beberapa kali kami harus perpegangan pada rumput yang bergoyang supaya tidak terpeleset. Karena sempitnya jalan maka ketika akan berpapasan dengan pendaki lainnya salah satu harus menepi/minggir untuk memberi jalan. Waktu yang kami butuhkan ketika mendaki jauh lebih cepat daripada ketika kami menurun. Maklum saja kami masih belum menjadi pendaki profesional bro alias amatiran hehehhehehe.

Dan tepat pada pukul WITA kami akhirnya sampai juga di anak tangga pertama yang dibuat warga untuk akses pendakian. Karena kondisi badan sudah letih, lesu dan nguantuk maka kami kemudian memutuskan berhenti sebentar disungai untuk beristirahat sekaligus mandi biar seger.

Sebenarnya ditepi sungai ada sumber mata air yang mengalir tetapi kami sungkan kalo mandi disana karena sumber itu digunakan oleh penduduk untuk air minum. Jadi kami memutuskan mandi disungai saja. Lagian airnya juga bersih dan jernih kok meskipun dibeberapa sudut sungai ada sampah plastiknya. Sumpah sueeger banget airnya brow. Rasanya seperti mandi di kulkas hhehehehehe.


Sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari



Langsung mandi langsung suugeer

Makan siang  ala kadarnya

Setelah mandi kami lalu mengeluarkan cooking set untuk memasak sarapan. Karena stok nasi putih sudah habis maka terpaksa kembali lagi ke selera asal yaitu mie instan hehehhehehhe. Sesudah makan dan mandi kami langsung beranjak menuju ke masjid untuk menunaikan ibadah sholat jumat dulu.

Tapi sayangnya ketika sampai disana sholat jumat barusan selesai hehehhehehe. Akhirnya kami langsung menuju ke tempat penitipan kendaraan. Dunia memang tidak selebar daun lombok ya ?? karena disini kami ketemu lagi dengan seorang kawan lama yang tahun lalu kenalan dengan kami (aku dan bro Manowar) ketika mengunjungi pantai Pink Lombok.

Kami lalu ngobrol banyak dengan beliau. Ternyata si empunya rumah juga kenal baik dengan bapak ini. Setiap ke Sembalun dia selalu menginap disana. Si empunya rumah kemudian menjamu kami dalam suasana penuh keakraban. Bahkan bro Manowar ditawari olah bapak si pemilik rumah/toko untuk tinggal dan menggarap tanah disini. Gmana bro ?? diterima tidak tawarannya ?? Kalo kami bertiga sih ikhlas  sajo hahhahahahaha.


Dirumah/toko tempat penitipan kendaraan

Tidak sengaja ketemu kawan lama

Karena keasyikan ngobrol tidak terasa kalo waktu sudah semakin siang (pukul 13.30 WITA). Saatnya balik lagi ke Mataram dan sekaligus mempersiapkan diri untuk menyeberang ke Bal malam nanti. Kami lalu segera berpamitan kepada kawan kami tersebut dan bapak ibu si empunya rumah. Beliau mengatakan kalo ke Sembalun lagi kami disuruh mampir kesini.

Dari Sembalun kami lalu mengambil arah ke timur. Jalur yang kami lewati adalah via Sambelia -Suela - Aikmal dan langsung menuju ke Mataram. Kontur jalan yang kami lewati sangat sempit, berkelak-kelok tajam dan banyak lubang dan licin ketika turun hujan. Sangat tidak disarankan untuk tidak melewati jalur ini ketika malam hari dikarenakan kondisi jalan gelap dan sepi saat malam tiba sebab jalur ini membelah kawasan hutan gitu. Pada pukul 18.10 WITA kami akhirnya sampai kembali di Kaldera Mataram.


Jalur Sembalun - Sambelia -Suela

Hati-hati jalur licin

Setelah mengembalikan tenda kami langsung menuju ke pusat oleh-oleh Lombok yaitu "Pasar Seni " Kr. Jangkong Mataram. Disini kami kembali ketemu dengan salah seorang sahabat lama yaitu bro Ridho "Cheqeter C70 Lombok" dan bro Yongki. 2 tahun yang lalu aku, bro Yongki, bro Yuyut dan bro Shandy touring bareng ke Lombok. Selama disini kami diantar jalan-jalan keliling Lombok oleh bro Ridho dan anak-anak Cheqeter lainnya

Kami kemudian langsung menuju ke Pelabuhan Lembar. Dalam perjalanan pulang kami kemudian mampir sebentar ke sebuah warung sederhana untuk makan malam karena perut ini sudah tidak bisa diajak kompromi lagi dan harus segera di isi pemadam kelaparan. Menunya pun tidak jauh-jauh dari menu-menu kami sebelumnya yaitu nasi bungkus pucuk. Setelah perut kembali kenyang langsung saja gas poll menuju ke Lembar.

Karena suasana pelabuhan lumayan sepi kami langsung masuk ke dalam kapal (pada pukul 22.30 WITA). 30 menit kemudian kapal perlahan-lahan melaju meninggalkan Lombok untuk membawa kami kembali ke Pulau Dewata. Saat masuk ke geladak kapal kemewahan kapal ini terasa banget dan mencapai puncaknya ketika kami memasuki geladak dengan pintu otomatis.


Suasana tempat parkir digeladak kapal

Tangga menuju ke geladak utama (main dek)

Panggung hiburan

Tempat duduk yang eksklusif

Om sedang tertawa lepas

Saking sepinya sampai bisa tidur kayak gini hehehhehehe

Kami bener-bener dibuat takjub karena kapalnya bagus bingit. Namanya kapal Dharma Rucitra III yang dibuat oleh PT. Dharma Lautan Nusantara. Selama touring ke Bali - Lombok baru pertama kali ini aku ketemu dengan kapal sebagus ini. Kapal roro tapi rasa kapal pesiar hehhehehehe. Kursi di dalam kapal lebih mirip dengan kursi pesawat terbang daripada kursi kapal roro kebanyakan.

Sebelum berangkat kita akan disuguhi film pendek tentang keselamatan penumpang via layar lebar. Belum lagi fasilitas tambahannya seperti : panggung hiburan, bilik kamar untuk penumpang, bilik kamar untuk anak-anak, matras gratis, mini restoran, WIFI dll. Bahkan kapal ini pernah mendapatkan beberapa Rekor Muri salah satunya sebagai kapal pertama yang memiliki Pramugari...mantap dah pokok'e.


Beberapa plakat perhargaan yang dipajang didalam main dek


Catatan :
  • Salah satu tempat berburu oleh-oleh khas Lombok adalah "Pasar Seni Kr. Jangkon - Mataram" [dekat MM (Mataram Mall)]  Koordinat : -8.589067, 116.119323
  • Menu makanan yang paling murah, sehat dan kenyang selama di Lombok adalah nasi bungkus pucuk.
  • Waktu pendakian Bukit Pergasingan sekitar 2-3 jam.
  • Jarak Sembalun - Mataram - Lembar via Suela  : 119 Km.
  • Tarip penyeberangan Lembar - Padangbai : Rp. 125.000,-/sepeda
  • Saat berada di puncak Pergasingan kebetulan ada penduduk sekitar yang berjualan kopi dan makanan ringan tetapi kita tetap harus membawa logistik yang cukup untuk berjaga-jaga kalo seumpama mereka tidak berjualan.
  • Di Sembalun banyak terdapat persewaan tenda dan alat-alat kemping jadi kagak usah kuatir kalo akan kemping disini.


Next : Bali - Lombok Heritage Journey Day 10 : Perjalanan Pulang Yang Tertunda
Previous: Bali - Lombok Heritage Journey Day 8 : Gili Trawangan Pagi Ini...............

No comments:

Post a Comment