Sesudah semuanya dalam kondisi siap kami berenam kemudian segera
turun menuju ke pertigaan Jemplang lagi. Kondisi ruas jalan desa lumayan rusak berat karena banyak jalan yang aspalnya mulai mengelupas dan sebagian lagi masih jalan tanah gitu. Tapi untung saja selanjutnya jalan sudah aspal tapi tak berapa lama kembali rusak lagi. Kalo musim hujan pasti akan lebih susah
lagi melewatinya karena kontur jalan akan menjadi licin. Tapi semua itu terbayar sudah dengan indahnya pemandangan disepanjang jalan.
|
Jalan desa yang rusak |
|
Kondisi jalan sudah diaspal |
|
Berubah menjadi jalan makadam lagi hehehehehe |
|
Jalan makadam lagi |
|
Selamat jalan,......... |
Lepas dari Desa Rani Pani kondisi jalan mulai membaik tapi jalannya sangat sempit. Disepanjang jalan yang kami lalui banyak sekali plang
peringatan agar kita lebih berhati-hati karena disamping kanan-kiri jalan
adalah jurang yang curam. Merinding banget rasanya ketika melewati jalan
tersebut karena dipinggir jalan hanya diberi pasak beton saja sebagai safety. Jalur ini masih bisa dilewati R4 tetapi kalo akan berpapasan dan
menyalip salah satu harus ada yang mengalah. Intinya
dibutuhkan kesabaran dan kewaspadaan extra untuk melewatinya.
|
Jalan menuju Ranu Pani |
|
Buana Petualangan |
Ditengah perjalanan kami berhenti di semacam view point gitu. Dari atas sini kami bisa melihat Bukit Teletubbies, Padang Savana, Lautan Pasir, Gunung Batok dan Gunung Bromo sekaligus. Subhanallah memang indah banget pemandangannya. Puas menikmati keindahan pemandangan Bromo dan sekitarnya dari atas, kami lanjut menuju ke Pertigaan jemplang. Sekitar 15 menit kemudian kami akhirnya sampai disana.
|
Lautan pasir dilihat dari atas bukit |
|
Just like a river |
|
Nongkrong sebentar |
|
Candid camera hahahahhahaha |
|
Pertigaan Jemplang |
Disini ternyata banyak sekali para pengunjung yang sedang
beristirahat dan menikmati pemandangan. Sebagian dari mereka ada yang barusan
naik dari lautan pasir dan sebagian lagi baru akan turun kesana. Dan kami pun
segera menuruni bukit tersebut. Karena medannya yang
lumayan ektrem terpaksa si Hikam aku suruh turun dulu dari sepeda.
Begitupun juga dengan bro Pasek yang juga turun dari sepeda bro Didik.
|
Nyaris terpeleset |
|
Keep calm bro |
|
Kasihan bro Pasek, ditinggal terus sama pasangannya hahahhahaaha |
|
Dimanapun tempatnya, narsis tetap jalan terus |
Saat menuruni bukit beberapa kali kami nyaris nyungsep dikarenakan
kontur jalan yang begitu licin dan rusak. Kondisi jalannya adalah jalan tanah, berdebu dengan banyak lubang gitu. Bahkan si merah maroon nyaris selip/nyelonong
karena tidak kuat menahan bobot sepeda & rider ketika menuruni bukit. Baru saja kita omongin ternyata ada pengendara nyungsep pas didepan kami. Sebuah motor matik berplat AD (solo). Untung saja si rider sama boncenger tidak kenapa-napa. Kelihatannya mereka hanya sedikit sock saja. Saat berpapasan kami memberi mereka semangat supaya tetap meneruskan perjalanannya.
Jalur ini memang kurang cocok untuk kendaraan seperti motor matik atau sepeda sport gitu. Bahkan untuk R4 hanya kendaraan sejenis jeep 4WD saja yang bisa melewati jalur ini. Tapi untung saja kontur jalan seperti ini hanya sekitar 1 km saja. Selanjutnya kondisi jalan sudah lumayan bagus (jalan cor) meskipun ada beberapa bagian jalan yang rusak dan berlobang tapi tidak separah tadi. Kalo menurut aku sih melewati jalan dengan kondisi seperti ini justru memberikan kenikmatan tersendiri.
|
Kondisi jalan mulai membaik |
|
Bro Lifo |
|
Pasangan sehati hahahhahaaha |
|
Akhirnya sampai juga dibawah |
2 km kemudian kami akhirnya sampai juga dibawah dan langsung
disambut oleh rimbunnya ilalang di padang savana. Kami kemudian berhenti buat bernarsis
ria hehehehhehehe. Pemandangannya begitu indah bray jadi sayang kalo dilewatkan
begitu saja. Disini kami ketemu dengan rombongan biker lain yang barusan juga menuruni bukit. Masing-masing dari mereka memberikan penilaian tersendiri
tentang turunan Jemplang. Ada yang kapok, ada yang masih penasaran dan ada juga
yang berkesan. Kalo kapok mirip sama teman kami donk (colek bro Didik) hehehehhehe
|
Road 2 Teletubbies & Savana |
|
Mirip gak bukitnya ??? |
Okay, selanjutnya kami langsung menuju ke destinasi berikutnya yaitu bukit
Teletubbies. Dinamakan bukit Teletubbies karena bentuknya sekilas menyerupai
bukit difilm tersebut. Lokasi bukit Teletubbies sendiri berada dibelakang
Gunung Batok dan Bromo sehingga kalo kesana lebih cepat lewat jalur Tumpang –
Malang saja sehingga tidak perlu mengitari gunung Bromo dan Batok terlebih dahulu. Tapi kendalanya adalah akses menuju kesana via Tumpang lumayan berat.
|
Brother on the road |
Puas berfoto-foto disini perjalanan dilanjutkan lagi untuk menuju ke
Gunung Bromo. Dalam perjalanan kami melewati padang savana yang indah.
Kesempatan inipun tidak kami sia-siakan begitu saja. Ketinggian tanaman
dipadang ini hanya sekitar pusar sehingga kami bisa bebas berekspresi. Setelah berfoto-foto kami segera tancap gas lagi. Laju si merah
maroon gak lebih dari 15 kpj saja karena medan jalan yang berpasir. Bahkan kami semua
nyaris nyungsep karena tebalnya lapisan pasir tersebut. Kalo musim penghujan lebih mudah untuk ditaklukan karena lapisan pasirnya lebih padat . Tapi dimusim
kemarau ini tidak ada pilihan lain buat kami selain menerjangnya...ganbatte *sambilmengempalkantangan*.
|
Bro Lifo & Hikam |
|
@Padang Savana |
|
Saatnya nge-gas kembali |
Cara yang cukup mudah untuk melewati daerah berpasir adalah dengan memposisikan badan kita agak condong kebelakang lalu tarik gas sekencang-kencangnya. Tetapi
berhubung dibelakang ada box dan boncenger maka trik itu tidak bisa aku lakukan
hehhehehe. Selain kondisi jalan yang berpasir, tantangan kami disini adalah
angin. Karena setiap kali melintas butir-butir pasir pasti akan
berterbangan kemana-mana. sehingga makin menyulitkan kami untuk melewati medan ini. Meskipun sudah memakai helm full face tapi tetep saja ada butiran pasir yang nyelonong kedalam.
|
Padang Savana |
|
Jeep-jeep perkasa penakluk lautan pasir |
Akhirnya kami mencari jalur bekas yang dilalui oleh hardtop dan sesekali melewati pasir yang ditumbuhi rumput gitu. Karena kontur pasirnya lebih padat karena seringnya dilewati oleh kendaraan. Kurang lebih 1,5 jam berkendara kami semakin dekat dengan tujuan utama yaitu Gunung Bromo. Tapi kami bingung harus memilih arah kemana ?? karena disini tidak ada petunjuk arah yang jelas. Akhirnya kami mengambil jalan pintas dengan mengikuti jalur hardtop. Tapi alih-alih biar lebih cepat kami malah terjebak dipasir. Bahkan kedalamannya nyaris menutupi disk brake belakang si merah maroon.
|
Lost in the sand |
Ya sudah kami akhirnya memutuskan beristirahat dulu sebentar sekalian untuk mendinginkan
mesin. Maklum saja karena dari awal kami lewat lautan pasir tadi, kipas pendingin
radiator sering menyala. Setelah kondisi radiator lumayan cukup dingin, kami akhirnya
memilih jalan yang dirasa cukup aman untuk dilewati meskipun harus memutar dulu
hehehehhe. Tapi tetap saja butuh perjuangan untuk melewatinya. Bagian yang capek ketika melewati lautan pasir adalah tangan dan kaki. Kedua organ tubuh itu harus bekerja extra keras ketika melintas. Tak jarang banyak pengendara yang terjatuh karena posisi kaki yang salah ketika menahan beban kendaraan saat terjebak didalam pasir.
|
Petunjuk arah ke Pasir Berbisik |
|
Akhirnya sampai juga |
|
Gunung Bromo dikejauhan sana |
|
Bikin kopi aja dulu sambil menunggu mereka balik |
Dan akhirnya sampai juga di gunung Bromo. Tanpa ba..bi..bu kami langsung
menuju ke belakang Pura Poten untuk beristirahat. Total lautan pasir yang kami lewati untuk sampai disini sekitar 11 km. Sementara itu bro Didik, bro
Pasek dan bro Hariyanto lalu memutuskan naik ke kawah. Sambil menunggu ketiga
teman kami itu ? aku, Hikam dan bro Arief “Lifo” memasak air buat bikin
kopi. Hawa yang sejuk dan angin yang sepoi-sepoi sangat pas sekali buat nyruput secangkir kopi. Dan berikut ini hasil jepretan mereka saat berada di puncak kawah :
|
Kawah Bromo |
Satu jam kemudian akhirnya mereka sampai kembali di Pura Poten. Karena kondisi matahari sudah pas diatas ubun-ubun maka kami memutuskan langsung berangkat saja. Rute yang aku pilih adalah via Tosari dan Nongkojajar sehingga kami harus naik dulu ke arah Pananjakan. Kembali si merah maroon harus berhadapan dengan ganasnya lautan pasir Bromo. Karena salah mengambil jalan aku sempat terjebak di lautan pasir. Tapi dengan sedikit bersusah payah kami berdua pun mampu mengatasinya.
Dibutuhkan waktu sekitar 60 menit untuk sampai di depan tanjakan Pananjakan. Kami kemudian beristirahat dulu disini sembari menunggu bro Pasek dan bro Didik yang terjebak juga dilautan pasir. Mereka berdua bahkan sudah merasakan lembutnya pasir bromo karena abis nyungsep hehehehhehehe. Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu nongol juga. Buat mengusir rasa kagetnya. bro Didik lalu menyalakan sebatang rokok. Sambil menunggu mereka selesai merokok, aku gunakan kesempatan ini untuk membersihkan kondisi rantai yang penuh dengan pasir.
|
Akhirnya nongol juga hehehhehe |
|
Berlatarbelakang Gunung Batok |
|
Tanjakan menuju Pananjakan |
Setelah kondisi bro Didik sudah mendingan. kami lalu beranjak menyusuri tanjakan Pananjakan. Tetapi karena salah strategi ketika menanjak si merah maroon sempat kewalahan sehingga terpaksa boncenger harus turun dulu untuk mengurangi beban. Setelah menemukan tempat yang lumayan landai kami lalu nanjak
kembali dan terpaksa harus sedikit nggiring karena kondisi tanjakannya yang
lumayan extrem dengan sudut kemiringannya sekitar 60°. Selain
aku, banyak juga motor yang kewalahan ketika melewati tanjakan ini terutama
motor matik yang berboncengan. Tapi jangan kuatir bray karena jika tidak kuat
menanjak ada tukang ojek yang siap membantu kita.
|
@Pasar Tosari |
|
Sudut kota Nongkojajar |
Dan akhirnya kami sampai juga di Pertigaan Penanjakan II. Kami tidak mampir dan memutuskan langsung menuju ke Tosari. Sampai di Tosari, aku dan bro Didik berhenti sebentar untuk menunggu bro Lifo dan bro Hariyanto yang tertinggal di belakang. Setelah semua personil lengkap kami langsung menuju ke Nongkojajar. Tepat pukul 16.02 WIB kami sampai disana dan beristirahat dulu di masjid Agung Nongkojajar untuk menunaikan sholat ashar dulu sekaligus mencari pemadam kelaparan.
Selesai sholat dan makan kami langsung tancap gas menuju ke Pandaan via Ngembal. Di daerah Suwayuwo kami berpisah karena bro Hariyanto langsung pulang ke Suwayuwo, aku dan bro Lifo menuju ke Pandaan, sedangkan bro Didik dan bro Pasek lanjut menuju ke Ngoro - Mojosari. Dan tepat pukul 18.02 WIB aku, Hikam dan si merah maroon akhirnya sampai dirumah dengan selamat. Nice trips gaes, next trip kemana ya ?.........Salam keluyurer......
Estimasi Jarak :
- Ranu Pani 89832 - 89839 Pertigaan Jemplang : 7 km
- Ranu Pani 89832 - 89849 Gunung Bromo : 17 km
- Gunung Bromo 89849 - 89862 Tosari : 13 km
- Tosari 89862 - 89881 Nongkojajar : 19 km
- Nongkojajar 89881 - 89918 Pandaan : 37 km
- Total Jarak 89746 - 89920 : 174 km
No comments:
Post a Comment