Dieng Plateau Journey Part. 4 : Kembali Ke Ngayogjokarto Lalu Goes 2 Pacitan

Si merah maroon kemudian aku gas secara perlahan melewati jalan yang lumayan berbatu.Tapi ketika memasuki desa Sembungan kondisi jalan mulai membaik. Disepanjang jalan desa ini banyak sekali berjejer homestay dan tempat persewaan tenda. Lepas dari desa Sembungan kami langsung menuju ke arah Pertigaan Bu Jono. Dalam perjalanan menuju kesana kami melewati Dieng Plateau Theater. 

Tapi kami tidak masuk kesana melainkan hanya narsis saja hehehehhe. Kemudian terus lanjut lagi dan ketika melewati Telaga Warna kami tertarik untuk mampir kesana sebentar. Jangan lupa bayar tiket dulu seharga Rp. 2000,-/orang baru kita bisa menikmati indahnya Telaga Warna ketika pagi hari. Tapi sayang sekali karena terlalu banyak pengunjung sehingga sedikit menyulitkan kami untuk mendapatkan angle yang bagus buat memotret.



Pemandangan disekitar Telaga Cebongan



Suasana desa Sembungan

Suasana desa Sembungan 

Selamat jalan desa Sembungan

Dari sudut lain

Bukit yang hijau

Pigora alam




Pipa-pipa untuk pengairan









Beli tiket dulu











Peta wisata kawasan Telaga Warna

Selain melihat Telaga Warna, disini kita juga bisa mengunjungi Telaga Pengilon, Gua Semar, Gua Sumur, Gua Jaran, Batu Tulis dan Kawah Sikendang yang kebetulan masih berada dalam satu kawasan. Tapi karena keterbatasan waktu, kami hanya sebentar saja disini terus lanjut nge-gas lagi. Pemandangan disepanjang jalan lumayan seger buat terapi mata. Tampak kebun penduduk terbentang indah di kaki-kaki bukit. Ketika melewati gapura selamat datang kami memutuskan berhenti. Maklum soalnya tadi malam kita tidak dapat jepretan kamera yang bagus disini karena faktor hari yang sudah gelap.




Petunjuk arah wisata Dieng

Pertigaan Bu Jono

Narsis di gapura selamat datang



Setelah puas berfoto-foto, kami segera tancap gas lagi. Perjalanan menuju Wonosobo dihadapkan pada turunan dan beberapa tikungan tajam. Kondisi ini tentu saja menyenangkan buat kawan-kawan yang hobby cornering/ngebok gitu hehhehehe. Si merah maroon saja aku pacu dengan kecepatan sekitar 60-70 Kpj gitu. Lumayan buat menguras adrenalin hehehehehhe soalnya kondisi jalannya pas lumayan sepi. Selang 45 menit kemudian akhirnya kami sampai di Wonosobo. Tapi karena kondisi fisik lagi tidak bersahabat alias lapar dan ngantuk berat maka kami memutuskan istirahat dulu di salah satu Pombensin yang berada pinggiran kota. 




Ngantuk poooll



Ketika bro Manowar dan bro Edy sedang mencari makan didekat pombensin, aku nge-gas menuju ke tengah kota. Si merah maroon aku arahkan ke sebuah warung kecil dipinggir sungai yang berada daerah Kauman Utara - Wonosobo. Lokasinya sekitar 300 meter dari alun-alun kota. Aku kemudian memesan semangkuk Mie Ongklok dan Segelas es jeruk. Bissmillah nyam..nyam....mantap banget rasanya. Oh, iya lupa ? nama warungnya "Mie Ongklok Ibu Umi".


Menu makanan

Seporsi mie ongklok

Tempe kemul dan Lekok

Kurang pas rasanya kalo maen ke Wonosobo tapi tidak mencicipi kuliner yang satu ini. Mie Ongklok adalah salah satu kuliner khas Wonosobo selain Carica tentunya. Mie Ongklok adalah mie kuning rebus yang ditaburi bumbu kacang dan disajikan dengan sate sapi. Selain sate sapi ada makanan pendamping lainnya yaitu tempe kemul (selimut) dan lekok. Tempe Kemul adalah tempe diselimuti oleh adonan tepung lalu digoreng sedangkan lelok/geblek adalah tepung tapioka yang digoreng dan bentuknya menyerupai kerupuk gitu.

Rasanya yang gurih dan khas membuat orang selalu ketagihan akan kuliner satu ini. Selain disini, kita juga bisa menjumpai warung-warung mie ongklok hampir di setiap sudut kota Wonosobo. Tapi menurut saya yang lumayan enak adalah mie ongklok "Ibu Umi" dan mie ongklok "Longkrang". Harga satu porsi mie ongklok cukup terjangkau yaitu Rp. 6.000,-.

Setelah menuntaskan rasa penasaran akan lezatnya mie ongklok, aku kemudian kembali lagi menuju ke pombensin tadi. Hanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai disana. Perut sudah kenyang dan sekarang saatnya untuk memulihkan stamina dulu hehehhehe. Tak lupa cas (charge) dulu semua gadget dan set alam pada hape biar tidak kebablasan. Kebetulan dipombensin ini ada tempat yang aman dan nyaman buat beristirahat. I think 1 hours sleep is enough for me. Tapi kucoba untuk memejamkan mata tapi kok gak bisa tidur-tidurnya.






Siap nge-gas kembali....

Dan akhirnya alarm berbunyi tepat satu jam kemudian. Setelah itu kami cuci muka dan mempersiapkan kembali barang bawaan. Setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal, kami kemudian segera tancap gas lagi. Dalam perjalanan kami mampir dulu ke toko oleh-oleh yang banyak tersebar disepanjang jalan Wonosobo - Kretek. Gak afdol rasanya kalo berpergian tapi tidak membawa buah tangan. Satu yang tidak boleh ketinggalan adalah Carica. Carica adalah sejenis pepaya mini yang diolah dalam bentuk manisan gitu. Selain Carica aku juga membeli kopi khas gunung Sindoro.


Manisan Carica



Sindoro Coffee & Coklat Monggo (Jogja)

Sesudah membeli oleh-oleh, kami kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Dari Kretek kami ambil arah menuju ke Temanggung. Kretek - Temanggung didominasi tanjakan dengan pemandangan alam yang indah pada sisi kanan-kiri jalan. Karena lalu lintas yang lumayan sepi, si merah maroon aku geber sampai 90-100 Kpj mantap !!!.  Tapi ketika akan masuk ke Temanggung, kami sedikit bingung akan ambil arah kemana ??. Masuk kota atau lewat pinggiran kota. Karena penasaran bagaimana sih keadaan kota Temanggung itu maka kami putuskan lewat tengah kota saja. Tetapi karena petunjuk jalan yang kurang lengkap kami akhirnya kesasar hehehehhe.

Selamat jalan Wonosobo


Tapi untungnya kami ketemu dengan bikers lokal yang kebetulan akan ke arah Magelang. Lalu dia menyuruh kami mengikutinya. Tanpa pikir panjang kami akhirnya pun riding dibelakang dia. Namanya bro Gepenk (nama samaran) dan dia asli Magelang yang kebetulan habis dari Temanggung untuk mengantar barang pesanan pelanggan. Dia ternyata mempunyai usaha toko aksesoris bikers (AHRS) terutama yang berhubungan dengan motor kross. Kami pun diajak mampir ke tokonya yang berada di Ruko Grand Viko Magelang pas disebelah terminal.


Mampir ke lapak bro Gepenk @Magelang



Wah, ternyata item yang dijual lumayan lengkap ya ?? bikin mupeng saja hehehheehhe. Kami kemudian ngobrol banyak dengan dia dan istrinya yang kebetulan sedang berada disana membantu sang suami menjalankan bisnisnya. Karena waktu sudah semakin sore (16.10 WIB), kamipun segera berpamitan untuk melanjutkan lagi perjalanan. Terima kasih brader atas keramahtamahannya. Insyaallah kalo lewat sini lagi kami akan mampir. Suara teat teot klakson kami bunyikan sembari mengarahkan motor ke arah Jogja. Jogja, im coming....


Jalan raya Magelang - Jogjakarta

Tapi perjalanan sedikit terganggu karena turunnya hujan tepat di pertigaan yang akan menuju ke arah Candi Borobudur. Terpaksa kami harus berteduh dulu disalah satu minimart diseberang jalan. Tapi untung saja hujan tidak berlangsung lama. Setelah hujan reda, kami melanjutkan lagi perjalanan. Dan tepat pukul 17.55 WIB kami akhirnya sampai di daerah Monjali - Jogjakarta. Karena perut sudah mulai keroncongan, kami memutuskan makan dulu disana. Sesudah makan kami berpisah karena bro Manowar karena dia akan mampir ke temannya di sekitaran Monjali, sedangkan aku dan bro Edy tancap gas menuju ke tengah kota. Kami berencana ketemuan dititik nol Km Jogjakarta.


Istirahat di minimart Monjali - Jogja



Bakpia Pathok 25

Mirota Batik

Sippp, berangkat. Sebelum menuju kesana, kami mampir dulu ke Bakpia Pathok 25 di Jln. AIP KS Tubun. Sesudah membeli bakpia Pathok kami lalu menuju ke titik nol Km. Sampai disana si kuda besi kami parkir dulu baru trus jalan kaki ke Mirota Batik untuk membeli oleh-oleh buat orang rumah. Setiap ke Jogja aku memang selalu menyempatkan mampir disini. Selain pilihannya barangnya banyak dan lengkap, harganya pun juga lumayan murah. Tapi harga disini adalah harga pas lho, jadi tidak bisa ditawar. Tapi kalo pengen cari yang lebih murah kita bisa beli di pasar Beringharjo yang berada pas didepan Mirota Batik atau disepanjang jalan Malioboro. Kalau disana bisa kita tawar tentunya hehehheehhe.


Wedang ronde 

Otw 2 Wonosari

Membetulkan posisi barang bawaan

Setelah berbelanja, aku dan bro Edy kemudian ngangkring diwarung wedang ronde yang berada di depan benteng Vrendeburg. Lumayan buat menghangatkan badan sekalian sambil menunggu bro Manowar datang. Tak lama kemudian akhirnya bro Manowar datang juga. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 20.40 WIB. Karena hari semakin malam, maka kami putuskan langsung saja berangkat. Kami kemudian ambil arah ke Ring Road Timur dulu trus lanjut menuju ke Wonosari. Ketika memasuki daerah Patuk, kami berhenti dulu sebentar di Bukit Bintang buat ngopi sembari menikmati indahnya kerlap-kerlip lampu kota yang menyerupai penampakan bintang-bintang dilangit.







Bukit Bintang Patuk



Hampir setiap malam Bukit Bintang Patuk selalu ramai oleh pengunjung. Dari sekedar ngopi, makan jagung bakar bahkan sampai ada yang berpacaran hehehehhehe. Lokasinya bisa dibilang strategis karena berada dijalur utama Jogja - Wonosari (Jawon). Waktu yang pas untuk menikmati bukit bintang tentu saja pada malam hari ketika cuaca lagi cerah. Setelah dirasa cukup, tepat pukul 22.00 WIB kami segera tancap gas lagi. Jalur Jogja - Wonosari lumayan gelap dan menanjak. Bahkan kami harus menyalakan lampu dim beberapa kali ketika melintas.

Tepat pukul 23.05 kami akhirnya sampai di Wonosari. Kemudian lanjut menuju ke arah Pracimantoro. Kalo jalur Jawon cenderung menanjak dan berkelak-kelok maka jalur Wonosari - Pracimantoro justru landai dan lurus saja. Tapi kami harus berhati-hati karena kondisi jalannya minim penerangan dan agak bergelombang. Dalam perjalanan menuju ke Pracimantoro kami sedikit tidak yakin karena jalan yang kami ikuti sesuai petunjuk jalan kok melewati kawasan hutan dan jauh dari kampung penduduk gitu ??. Untuk memastikan arah yang kami pilih benar, kami kemudian bertanya pada penduduk setempat yang kami temui dijalan. Ternyata arah kami benar, jadi kami tinggal mengikuti jalan ini saja dan akhirnya pada pukul 00.05 kami sampai di Pracimantoro.

Istirahat @Pombensin Pracimantoro

Karena kondisi bbm pada motor bro Edy sekarat, kami berhenti dulu di pombensin Pracimantoro sekaligus untuk melepas lelah. Disini kami bertemu dengan sebuah keluarga yang berasal dari Banyuwangi dan kebetulan juga akan menuju ke arah Pacitan. Tapi dia tidak menggunakan R2 melainkan R4. Tepat pukul 00.20 WIB kami kemudian melanjutkan lagi perjalanan.

Saat itu kondisi jalan mulai kurang nyaman karena konturnya masih bergelombang dan dibeberapa sudut jalan banyak terdapat lubang besar yang menganga. Untuk menghemat waktu maka kami putuskan lewat jalur alternatif saja yaitu dari Giritontro - Giribelah trus langsung menuju ke Punung tanpa melewati Giriwoyo terlebih dahulu. Sebenarnya sangat riskan jika kami melewati jalan tersebut pada malam hari. Tetapi dengan mengucap kata bissmillah dan semangat 45 kami putuskan untuk tetap melewatinya.

Jalur Giritontro - Giribelah - Punung kontur jalannya mulai menanjak, sepi, sempit dan minim penerangan. Meskipun kondisinya sepi tapi kami tidak berani menggeber si kuda besi dengan kecepatan tinggi. Kecepatan kami rata-rata hanya sekitar 50 Kpj saja. Biar lambat asal selamat brader soalnya kami tidak kenal baik karakter jalan tersebut meskipun aku dan bro Manowar pernah melewatinya tahun lalu. Jalan yang kami lewati ini semacam jalan kampung gitu dan sesekali harus melewati kawasan hutan karena jalur ini memang membelah bukit. Tapi begitu memasuki wilayah Propinsi Jawa Timur kondisi jalannya berbalik 360 derajat. Karena jalannya bukan jalan kampung gitu melainkan jalan dengan lapisan aspal baru dan sudah 4 jalur.


Petunjuk arah menuju Klayar

Pada jalur ini sebenarnya ada akses yang lebih cepat untuk menuju ke pantai Klayar (bertuliskan "Kalak Pantai Klayar") tetapi kata kawan-kawan bikers dan backpacker jalur tersebut rawan tindak kejahatan karena kondisi jalan yang rusak, gelap dan sepi. Akhirnya kami abaikan saja petunjuk jalan itu dan tetep riding menuju ke akses utama via Punung. Selang 30 menit kemudian kami akhirnya sampai di Punung.

Kemudian mencari petunjuk arah yang menuju ke pantai Klayar dan gua Gong. Ini karena Goa Gong satu arah dengan pantai Klayar. Punung - Klayar berjarak 17 Km. Dalam perjalanan kita akan melewati Goa Gong terlebih dahulu (berjarak 7 Km). Tapi karena kondisi sudah gelap maka kami tidak tahu pasti lokasi persisnya dimana hehehhehe. Kami hanya fokus saja pada jalan dan petunjuk jalan yang ada dikarenakan kondisi jalannya menurun, berkelak-kelok dan lumayan gelap sehingga sedikit menyulitkan kami untuk melewatinya.


Tiket masuk

Dan tepat pukul 01.55 WIB akhirnya kami sampai juga dipintu utama masuk menuju area pantai. Sebelum masuk kami harus membeli tiket dulu sebesar Rp 3000,-/orang dan ongkos parkir Rp 1000.-/sepeda. Cukup murah bukan ???. Setelah itu kami langsung menuju ke kawasan pantai untuk mencari lokasi yang pas buat nge-camp. Setelah berunding sebentar, kami memutuskan mendirikan tenda di tepi pantai saja daripada diatas bukit. Saat kami datang ternyata sudah ada 2 tenda yang berdiri disini. Mereka adalah rombongan bikers juga seperti kami. kalo dilihat dari No. Polisinya sepertinya mereka berasal dari sekitar wilayah Sidoarjo dan Malang.


Welcome @Klayar Beach

Karakteristik pantai Klayar

Setelah muter-muter di sepanjang garis pantai akhirnya kami menemukan tempat yang pas buat nge-camp malam ini. Langsung saja kami rakit tendanya lalu menggelar matras. Sesudah tenda berdiri, kami langsung masuk dan merebahkan diri. Karena kondisi badan yang capek banget, lama-kelamaan mata ini terasa berat dan akhirnya zzzzz.........zzzzz...hehehhehehehe. Selamat tidur brader dan salam keluyurer....


Estimasi Jarak :
  • Dieng Plateau (Desa Sembungan) 83807 - 84072 Pantai Klayar (Pacitan) via Wonosari  = 265 km.
  • Dieng Plateau (Desa Sembungan) 83807 - 83847 Wonosobo = 49 km.
  • Dieng Plateau (Desa Sembungan) 83807 - 83948 Jogjakarta =  141 km.
  • Jogjakarta 83948 - 84072 Pantai Klayar (Pacitan) 124 km.
                                                              


Next : Dieng Plateau Journey Part. 5 : Pantai Klayar : Surga Di Tanah Pacitan
Previous : Dieng Plateau Journey Part. 3 : Golden Sunrise Bukit Sikunir







No comments:

Post a Comment