Dieng Plateau Journey Part. 3 : Golden Sunrise Bukit Sikunir




Malam ini cuaca dingin bingit sehingga membuat kami semua tidak dapat tidur dengan nyenyak. Suhu udara saat itu mungkin sekitar 12-13 Celcius. Dalam keheningan alam beberapa kali aku terbangun karena terganggu oleh hembusan angin yang langsung menerpa muka dan sekujur badan. Owalah ternyata resleting pintu tenda rusak to ? pantas saja anginnya kok langsung maen nyelonong saja hehehhehe. 

Sebenarnya sejak awal resleting tenda memang ada sedikit masalah tetapi karena keterbatasan waktu sehingga kami tidak sempat memperbaikinya. Terpaksa resleting tenda aku ikat saja dengan tali rafia buat sementara. Meskipun tidak maksimal tapi itu sudah cukup buat mengurangi debit hembusan angin yang masuk ke dalam tenda. Setelah membetulkan resleting aku mencoba memejamkan mata lagi.

Tapi beberapa saat kemudian aku terbangun lagi tapi kali ini oleh suara tawa beberapa orang yang sedang bersenda gurau didekat tenda. Suaranya begitu keras ditelinga sehingga sampai membuat aku langsung terjaga. Pas aku lihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul 04.30 WIB to ?. woy, bangun...bangun woy. Mau lihat Golden Sunrise gak ??? Teriakku sambil membangunkan bro Manowar dan bro Edy.
 






Aku kemudian bangun dan segera keluar dari tenda. Dan benar saja ternyata disekitar tenda sudah ada banyak orang yang lagi berkumpul untuk menunggu datangnya sunrise. Mereka kayaknya rombongan dari Jakarta deh karena terlihat dari logat bicara mereka yang mirip-mirip orang betawi gitu. Karena suhu dingin banget, aku kemudian mengambil beberapa batang parafin lalu membakarnya diatas kompor dan memasak air untuk membuat secangkir kopi. 

Ketika api sudah menyala 2 orang dari mereka kemudian datang menghampiri. "Mas, numpang apinya ya biar hangat" kata mereka berdua. "Iya mbak, silakan" kataku. Kami kemudian ngobrol-ngobrol dengan mereka. Dan memang benar ternyata mereka berasal datang dari Jakarta. Mereka sengaja datang jauh-jauh dari sana kesini karena penasaran akan keindahan Golden Sunrise Sikunir. 








Kok malah mirip bekicot hehehhehe

Our tent

Tak lama kemudian bro Manowar dan mbak-mbak yang naik bersama kami tadi juga ikutan terbangun. Kami kemudian lalu berkumpul mengitari api sembari berselfie ria hehehehhehe. Semakin mendekati pagi, semakin banyak pula pengunjung yang datang. Bukan hanya mereka saja, para penjual makanan dan minuman pun sudah datang untuk menjajakan dagangannya. 

Salah satu ciri khas penduduk Dieng adalah memiliki pipi yang kemerahan (terutama yang wanita) dan kaki yang seperti meleleh karena efek terlalu sering berada diperapian. Setelah lama menanti akhirnya sang mentari datang juga. Tapi golden sunrise yang kami tunggu tidak sempurna karena beberapa kali kabut dan mendung mengganggu pandangan kami. Pagi ini cuaca memang lagi tidak bersahabat sehingga moment golden sunrise yang kami tunggu tidak datang.

















Wah, sayang sekali, padahal kami sudah menyiapkan segalanya untuk melihat moment itu. Tetapi meskipun begitu kami masih bisa bersyukur karena sang mentari masih mau menampakkan diri meskipun sedikit malu-malu. Kesempatan ini tak kami lewatkan begitu saja. Kami dan para pengunjung lainnya pun mulai mengabadikan moment ini. Subhanaallah, indah sekali, kondisi ini mirip dengan suasana di Puncak Penanjakan Bromo. 

Waktu yang pas buat menikmati golden sunrise adalah antara pukul 05.30 - 06.00 WIB. Selain disini kami juga mengekplorasi keindahan pemandangan lainnya disekitar bukir sikunir dari sisi yang lain. Dari atas ini tampak Telaga Cebongan yang berada dibawah sana persis didekat tempat parkir kendaraan tadi. dan dikejauhan sana juga tampak Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro yang berdiri dengan gagahnya. 








Selain kami, ternyata banyak juga kawan-kawan yang menginap disini. Menikmati keindahan Bukit Sikunir memang lebih mantap kalo kita lakukan sambil berkemah. Bagi yang tidak punya tenda, jangan kuatir bray karena di desa Sembungan banyak penduduk yang menyewakan tenda. Hanya dengan uang Rp. 40.000/per hari kita sudah mendapatkan sebuah tenda doom berkapasitas 3 orang. Untuk yang tidak suka berkemah kita bisa menginap di penginapan atau homestay yang banyak terdapat disini. Jadi semuanya tergantung pilihan anda ? berkemah dibukit Sikunir atau menginap di homestay.


Naik ke bukit sisi timur

Bersama kawan-kawan baru dari Banjarnegara



Berhitung mulai........1

2

3

Ngos-ngosan


Siap-siap bongkar Tenda



Goyang oplosan hahahhahaha

Kami tidak bisa berlama-lama disini karena segera melanjutkan lagi perjalanan. Setelah membongkar tenda dan membersihkan sampah sisa tadi malam kami bertiga langsung beranjak turun. Dalam perjalanan menuruni bukit beberapa kali kami harus berhenti sebentar buat foto-foto atau sekedar mengagumi keindahan sang pencipta. Pemandangan disepanjang jalan memang indah sekali permirsa. Hamparan ladang dan kebun penduduk tampak hijau dibawah sana. Apalagi saat itu kabut/awan masih menyelimuti Sikunir. Serasa seperti berada di negeri diatas awan hehehehehhe. 

Telaga Cebongan tampak di kejauhan



Gazebo @Sikunir

Ketika menuruni bukit baru terlihat jelas ternyata kalo jalan yang kita lewati tadi malam ternyata berada dibibir jurang hehehehhehe. Menurut aku saat terberat saat melakukan pendakian adalah ketika turun karena semua beban hanya tertumpu pada kaki. Saat menuruni tanjakan gunakan tumit dahulu saat mendarat dengan kaki yang sedikit dibengkokan secara perlahan. Ini menjaga supaya kaki kita tidak terpeleset atau terkilir saat menyentuh tanah. Jalan yang kita lewati bervariasi : dari jalan tanah, jalan berlumpur, jalan berbatu dan jalan yang sudah dipaving. 



Tak lupa membuang sampah dulu

Saatnya menuruni bukit

Pertigaan yang ke-3

Tampak tempat parkir kendaraan









Hati-hati bro....









Donasi kebersihan



Pertigaan kedua menuju puncak Sikunir






Pertigaan pertama menuju Sikunir

Kebun penduduk yang menghijau

Setelah menuruni bukit sekitar 1 jam, akhirnya sampai juga di bawah (tempat parkir). Dari sini kami mampir sebentar ke Telaga Cebongan yang berjarak sekitar 200 meter saja. Dinamakan telaga Cebongan karena sekilas bentuknya menyerupai "Kecebong" atau anak katak. Disepanjang pinggir telaga terlihat banyak sekali pengunjung yang mendirikan tenda disini. Mereka sengaja memilih nge-camp disini dengan alasan lebih luas tempatnya dan lebih gampang karena tidak perlu susah-susah harus menaiki bukit dulu. 




Kebun kentang

Sebelum naik monggo dibaca dulu hehehehe



Akhirnya sampai juga di tempat parkir




Telaga Cebongan sering disebut juga dengan telaga di atas awan karena letaknya yang berada di ketinggian 2300 mdpl itu. Banyak aktifitas yang bisa kita lakukan disini seperti : berkemah, mengelilingi telaga dengan perahu atau memancing.Oleh penduduk setempat, telaga ini dimanfaatkan buat keperluan irigasi. Air telaga itu untu mengairi kebun penduduk seperti : tomat, kentang, kubis, wortel, kacang & Carica (sejenis pepaya mini) yang hanya bisa kita tumbuh disini.



Aktifitas @Telaga Cebongan



Packing....packing

Siap berangkat

Setelah puas melihat keindahan Telaga Cebongan, kami kembali lagi ke tempat parkir untuk bersiap-siap menuju ke tempat pemberhentian selanjutnya yaitu Kota Pacitan hehhehehehe. Memang ada apa di Pacitan sana ??? Sabar bray ? tetap ikuti saja cerita kami selanjutnya hehhehehhehe. Keep in touch dan salam keluyurers...................



Next : Dieng Plateau Journey Part. 4 : Kembali Ke Ngayogjokarto Lalu Goes 2 Pacitan
Previous : Dieng Plateau Journey Part. 2 : Gass Poll 2 Dieng Plateau











No comments:

Post a Comment