Dieng Plateau Journey Part. 2 : Gass Poll 2 Dieng Plateau


Jalur berangkat

Pagi ini aku tidak bisa tidur nyenyak, beda banget sama bro Edy & bro Manowar yang pulas banget tidurnya. Mungkin karena terlalu kecapean dan menguatirkan keadaan si merah maroon yang terparkir dihalaman masjid. Kami bertiga tidur diteras karena pintu utama masjid masih dikunci. Kayaknya masjid ini jarang sekali digunakan untuk sholat berjamaah, terlihat ketika kita datang tadi tidak ada aktifitas sholat berjamaah. Padahal letaknya sangat strategis lho, dekat dengan pasar Ngasem dan masih didalam area kampus Widya Kartika.


Masjid ini dibangun diantara rumah-rumah penduduk dan gedung kampus. Menurut bro Manowar, masjid ini sebenarnya dibangun oleh warga sekitar tetapi cuman lokasinya saja yang berada didalam kampus. Ketika bangun tidur aku lihat ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 07.20 WIB. Aku langsung bergegas menuju ke kamar mandi masjid. Ketika sampai disana, ternyata ada ibu-ibu yang sedang mencuci pakaian. " Permisi ibu, mohon maaf tadi malam kami tidur disini". "Iya gpp mas"  kata ibu-ibu dengan ramah itu. 

Rupanya rumah ibu itu bersebelahan dengan masjid ini, sedangkan kamar mandinya kayaknya jadi jadi satu dengan kamar mandi masjid. Selang beberapa lama suami dari ibu tersebut muncul untuk memberi makan burungnya. Setelah selesai cuci muka, aku kembali lagi menuju ke teras masjid. Ternyata mereka masih belum pada bangun juga hehehehhe. Bahkan bro Edy sampai ngorok dengan merdunya karena capek bingit hehehehehe. Sebenarnya mata ini masih ngantuk, tapi susah kalo dibuat tidur lagi. Ya sudah, sambil menunggu mereka bangun aku mengecek kondisi si merah maroon.


Masih pada molor

Kelelahan bingit

Satu jam kemudian, mereka akhirnya bangun juga. Kami kemudian mengepak kembali barang bawaan. Pagi ini kami rencananya akan mandi di masjid Gede saja. Sungkan kalo mandi disini karena ibu itu masih mencuci pakaiannya. Kami bertiga lalu berpamitan kepada ibu itu dan suaminya. Tak lupa kami pun mengucapkan terima kasih karena telah diperbolehkan istirahat disini. 

Setelah berpamitan, kami langsung bergegas menuju ke Masjid Gede. 10 menit kemudian kami sampai dihalaman masjid. Tapi ketika sampai disana pintu masjid tertutup rapat. Wah, gimana nih ?. Tak kehabisan akan akhirnya kami masuk ke area masjid lewat jalan kampung saja. Giliran pertama adalah aku hehhehehhe. Ku ambil peralatan mandi dan segera menuju ke KM masjid. Mumpung disini sekalian deh menyalurkan hasrat yang tertunda hehehehehhee. Jangan ngeres doeloe, ini hasrat pengen bab bukan hasrat dalam tanda kutip lho hahahhaha. 










Selesai mandi dan bab rasanya enteng banget pemirsa. Setelah aku, kini giliran bro Edy yang mandi. Kami sengaja gantian biar tidak ketahuan sama yang penjaga masjid hahahhahahaha dan sekaligus giliran buat menjaga sepeda. Cukup lama juga bro Edy mandinya, hampir 20 menit tapi  asih belum nongol juga. Karena tak kunjung datang, bro Manowar lalu mennyusul ke kamar mandi juga. 

Tapi dasar apes karena begitu akan masuk ternyata pintu halaman sudah tertutup. Kayaknya bapak si penjaga masjid sudah bangun tuh hehehehhe. Dan ternyata memang benar, lai dia mengatakan kalo masjid baru buka pada pukul 11.00 WIB. Akhirnya dengan perasaan kecewa bro Manowar beranjak dan memutuskan mandi di kamar mandi umum saja.

Setelah badan rasanya segar semua, kami bertiga lalu berangkat menuju ke Dab Hobbiesshop dulu. Dab Hobbiesshop adalah toko yang menjual segala pernak pernik bikers dan touring. Celana touring dan sepatu boots yang aku pakai ini juga beli disana, begitupun juga dengan tank bag dan sepatu boots yang dipakai oleh bro Manowar. Lokasinya gampang kok ? karena tokonya dekat dengan angkringan Lek Man dan Malioboro. Info lengkapnya bisa lihat disini



Dab Hobbiesshop

Selang 15 menit kemudian kami akhirnya sampai disana. Kalo kesini selalu bikin mupeng saja hehehehhe. Banyak aksesoris bikers yang ajeep-ajeep. Sebenarnya kami hanya lihat-lihat saja tapi kalo ketemu yang pas mungkin aku beli. Dari Dab kami kemudian lanjut menuju ke salah satu reseller Box Givi di Jogja. Tariiik mang hehehehehhe. Kali ini kami harus melipir ke Jln. Kol. Sugiyono, karena rumah kang Freddy Jogja  berada disana. 

Sedikit agak sulit memang untuk menemukan rumah kang Freddy karena harus masuk ke dalam gang sempit gitu. Tapi berbekal informasi dari Dab dan skill "bertanya dijalan" akhirnya sampai juga disana. Aku mengenal kang Freddy karena pernah membeli box dan braket via online. Pelayanan lumayan cepat dan mantap bray, bukan promosi lho hehehehhehe. Kami memutuskan mampir kesini untuk bersilahturahmi dan sekaligus mencari informasi tentang side box. Tapi sayangnya stoknya saat itu lagi kosong. 



Rumah Kang Freddy


Tuku opo gak ya ???? 

Sedangkan bro Manowar pengen membeli braket buat si NVL-nya. kalo bro Edy pengen mengganti braketnya dengan yang lebih baik. Tapi braket buat Honda Revo stoknya lagi kosong dan harus pesen dulu minimal 2 hari. Waduh, kalo sampai 2 hari kayaknya gak bisa nih kang soalnya ini braket rencananya buat dipakai ke Dieng. Kang Freddy kemudian menyarankan agar braket bro Edy diperkuat dulu buat sementara. Sebab kalo dipaksakan ke Dieng, boxnya bisa jatuh dikarenakan akses ke Dieng lumayan berat terutama yang menuju ke desa Sembungan serta bukit Sikunir. 

Ok kang, terima kasih atas sarannya. Kami kemudian segera berpamitan untuk melanjutkan lagi perjalanan. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 11.25 WIB. Sebelum berangkat, kami mampir dulu ke toko aksesoris motor. Siapa tau ada braket yang lebih baik disana ?. Tapi ketika kami tanyakan ternyata kualitasnya pun tidak beda jauh dengan braket yang dipakai bro Edy sekarang. Akhirnya kami tancap gas menuju Dieng sambil tengak-tengok ke kanan-kiri. Siapa tau ada bengkel las yang buka ??.






Nge-pom dulu @ Jogjakarta

Ketika memasuki daerah Tempel, alhamdulilah ada bengkel las yang buka. Kami segera berhenti dan langsung membongkar braket bro Edy. Bapak tukang las itu menyarankan agar plat pada braket yang kontak ke body motor diperkuat saja dengan siku. Trus selanjutnya siku itu diberi beton nesser biar lebih kuat lagi. Braket itu kemudian dilas lalu digerinda biar kelihatan rapi. Sekitar 30 menit kemudian akhirnya selesai juga braketnya. Lumayan rapi juga garapannya dan kelihatannya kuat buat dibawa ke Dieng. Bro Edy lalu mengeluarkan uang sebesar Rp. 25.000,- sebagai ongkosnya.






Perbaikan braket

Setelah memasang kembali braket dan menyetel posisi box, kami kemudian melanjutkan lagi perjalanan. Karena dari tadi pagi belum sarapan, perut kami ini keroncongan banget. Kami pun harus segera mencari pemadam kelaparan disepanjang jalan. Sebelum masuk Magelang kami akhirnya menemukan warung yang bisa memadamkan kelaparan ini. Sebuah warung masakan khas Jawa Timuran, Warung Pecel Lele "Erik Jaya" namanya.









Kami masing-masing lalu memesan : Pecel Lele, Bebek Goreng & Tempe Penyet. Minumnya : Jus apukat campur kopi dan es jeruk. Mantap benar,  makan dalam kondisi perut lagi kelaparan dengan sambal lalapan yang super pedas dan segarnya jus apukat campur kopi. Sambil makan, kami juga minta ijin pada pemilik warung buat cas hape dan pb. 

Ketika touring atau berpergian jauh sebaiknya kita harus bisa memanfaatkan kesempatan sekecil-kecilnya buat nge-cas barang elektronik seperti : hape, powerbank, kamera dll. Kalo kami sih biasanya lebih sering berhenti/istirahat di Indomart, alfamart dan pombensin gitu dibandingkan dengan ditempat lain. Sebab diketiga tempat itu hampir pasti selalu ada fasilitas buat colokan listriknya. Seperti pepatah : menyelam sambil minum kopi alias istirahat sambil nge-cas hape hehhehehehe.


Monggo dibadok (makan) hehehehhehe


Karena langit mulai mendung, selesai makan dan istirahat kami kemudian bergegas melanjutkan lagi perjalanan. Untuk sampai di Dieng dibutuhkan waktu sekitar 3-4 jam lagi. 30 menit kemudian, kami akhirnya sampai di Kota Magelang. Kemudian kami mencari arah menuju ke Temanggung via jalur By pass (jalur truk). Sengaja kami pilih jalur ini karena lebih cepat karena tidak muter-muter dulu di dalam kota. Selanjutnya tinggal ikuti arah sesuai petunjuk jalan yang terpampang pada tiap-tiap belokan saja. 


Lepas dari Magelang kami segera tancap gas lagi. Kira-kira 30 Km dari batas kota ada petunjuk jalan menuju ke Temanggung via jalur alternatif. Kami kemudian memutuskan lewat jalur itu saja sesuai petunjuk dari Kang Freddy. Jalan alternatif yang melewati/membelah beberapa kawasan perdesaan gitu. Kontur Jalannya sempit dan agak bergelombang tapi masih bisa dilewati baik untuk R2 maupun R4. Bukan hanya kami saja yang lewat jalur ini melainkan penduduk sekitar, para pendatang dan beberapa bikers dari luar kota. Kata Kang Freddy, jalan ini bisa menghemat waktu kita sekitar 30 menit'an. 




Menunaikan sholat ashar dulu



Karena saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 16.15 WIB, maka kami harus mencari masjid dulu buat menunaikan ibadah sholat ashar. Tak butuh waktu lama, karena setelah ketemu dengan jalan utama lagi kira-kira 300 meter ada masjid disisi kiri jalan. Kami langsung berhenti dan menuju ke dalam masjid buat menunaikan ibadah sholat ashar dulu. Setelah sholat ashar, kami kembali melanjutkan lagi perjalanan. Cuaca sepanjang jalan mulai lumayan adem pemirsa karena sebentar lagi kita akan memasuki wilayah Temanggung Jawa Tengah. Kota Temanggung memang berhawa sejuk karena terletak diantara kaki gunung Sumbing dan Sindoro. 


30 menit kemudian akhirnya kami sampai juga di Kota Temanggung. Dari sini kami kemudian ambil arah menuju Wonosobo kembali via jalur by pass saja. Karena menurut kami biasanya itu jalur lebih cepat. Tapi kali ini dugaan kami salah karena jalur tersebut ternyata membuat kami harus muter-muter dulu melewati perbukitan dengan kondisi jalan yang  lumayan rusak serta bergelombang. Ya sudahlah, kita nikmati saja perjalanan ini, masa bikers kalo touring harus pilih-pilih jalan hehehhehehe. Apa kata dunia ?????


Setelah sedikit berakrobat ria akhirnya sampai juga kami di ujung jalan. Kami kemudian tancap gas lagi melewati kontur jalan yang mulai menanjak dan dengan hawa yang semakin dingin. Dalam perjalanan beberapa kali kami berpapasan dengan rombongan biker yang kebetulan sedang touring juga. Maka dapat dipastikan suara teat teoot klakson berbunyi ketika kami saling menyalip atau berpapasan. Karena bbm bro Edy hampir sekarat, maka kami berhenti dulu dipombensin terdekat.




SPBU Temanggung

Setelah mengisi bbm, kami segera tancap gas lagi. Tepat pukul 17.50 WIB akhirnya kami sampai di Kota Wonosobo. Di Wonosobo kami hanya transit sebentar saja karena harus mengejar waktu agar tidak kemalaman ketika sampai di Dieng nantinya. Perjalanan menuju ke Dieng dari Wonosobo lumayan menguras adrenalin. karena selain gelap, kondisi jalanan juga sempit dan cenderung menanjak. 


Di daerah Kec. Kejajar kami mampir dulu ke minimart untuk membeli logistik. Karena cuma akan menginap semalam saja, kami hanya membeli air mineral, pop mie dan aneka camilan. Kalo belinya kebanyakan takut mubazir hehehhehehe. Setengah jam kemudian akhirnya kami sampai juga di Kawasan Dieng Plateau. Tapi perjalanan masih belum selesai pemirsa karena kami harus menuju ke desa Sembungan dulu yaitu desa terakhir sebelum masuk wilayah ke bukit Sikunir.



Masuk kawasan Dieng  Plateau

Sesuai dengan apa yang dikatakan kang Freddy akses menuju ke desa Sembungan memang lumayan rusak parah. Jalan berlobang terdapat disisi kanan-kiri jalan. Selain itu gelapnya malam dan banyaknya kerikil-kerikil tajam juga menyulitkan kami untuk melewatinya. Awalnya sih kami tidak yakin apa benar jalan yang kami lewati ini mengarah ke desa Sembungan karena selepas dari Telaga Warna petunjuk jalannya sudah tidak terlihat lagi. Akhirnya kami lurus saja mengikuti jalan utama meskipun kondisi jalannya makadam. 



Tiket masuk Sikunir

Titik cerah mulai terbuka ketika ada penduduk lokal yang menyalip kami. Akhirnya kami ikuti saja mereka, dan ternyata benar. Beberapa meter kemudian terpampanglah sebuah papan nama besar bertulisan "Selamat Datang di Desa Sembungan". Sebelum masuk, kami harus membayar tiket masuk dulu sebesar Rp. 5000,-/orang. Setelah membeli tiket kami langsung bergegas menuju ke bukit Sikunir. 
Setelah melewati jalan desa kami kemudian melewati jalan tanah yang sempit, gelap dan sedikit berkerikil. Tak lama kemudian kami akhirnya sampai ditempat parkir sebelum naik ke bukit Sikunir. Oddometer si merah maroon : Pandaan 83298 - 83779 Dieng Plateau (Desa Sembungan) = 481 km.



Si kuda besi @Parkir Bukit Sikunir


Call Of Duty Adventure

Si merah maroon dititipkan doeloe

Bro Edy

Tempat parkirnya lumayan luas pemirsa tapi karena saat itu hari sudah gelap maka kami tidak bisa melihat pemandangan disekitar tempat parkir ini. Suhu malam ini lumayan dingin masih sekitar 18º Celcius. Dan puncaknya bisa sampai  -5º Celcius. Biasanya ketika musim kemarau gitu. Kami kemudian mengambil dan memilah barang mana saja yang akan dibawa ke puncak. Sesudah memilah barang, kami sholat Magrib dan Isya dulu.

Karena langit lumayan mendung, sesudah sholat kami langsung bergegas naik ke puncak. Tapi apa mau dikata karena ketika akan berangkat gerimis mulai turun. Terpaksa kami harus berteduh dulu disalah satu warung kopi yang ada disini. Sambil ngopi kami ngobrol banyak tentang Dieng dan Bukit Sikunir dengan bapak si penjaga warung. Tak lupa aku mencicipi salah satu makanan khas Dieng yang kebetulan dijajakan disini yaitu Carica. Carica sendiri adalah pepaya khas Dieng. Bentuknya kecil dan jika sudah matang akan berwarna kekuningan gitu. 

Beberapa menit kemudian datang beberapa rombongan lainnya. Yang pertama rombongan mobil  berplat B alias Jakarta dan  rombongan bikers bernomor lokal. Rombongan bikers lokal itu terdiri dari 3 orang cewek dan seorang cowok, mantap men hehehehehe. Kami kemudian ngobrol-ngobrol dengan mereka. Ternyata mereka berasal dari daerah Banjarnegara dan berencana akan naik ke puncak malam ini juga. Karena sama-sama belum pernah naik ke puncak Sikunir, kami memutuskan naik barengan saja.

Setelah gerimis agak reda kami segera menuju ke puncak Sikunir. Karena takut kesasar,  sebelum berangkat tadi kami bertanya kepada bapak si penjaga warung tadi. Perjalanan pertama adalah melewati jalan tanah yang berada diantara kebun penduduk. Setelah melewati kebun penduduk, kami lalu sampai di pertigaan pertama dan kemudian ambil arah ke kanan sesuai petunjuk dari bapak itu. Kali ini jalannya jalan paving dan mulai menanjak. Tapi jalan yang dipaving tidak terlalu jauh karena sesudah itu jalan kembali menjadi jalan tanah. 

Wah, tenyata nafas ini ngos-ngosan juga ya ? padahal ini masih termasuk tanjakan kecil. Ternyata bukan hanya aku saja yang ngos-ngosan.  Bro Manowar juga terlihat kepayahan bingit hehehehhe. Bahkan beberapa kali rombongan harus terhenti karena menunggu bro Manowar yang tertinggal jauh dibelakang. Tapi rupanya kejadian itu juga membawa berkah karena bro Manowar beristirahat pas di pertigaan kedua. Persis dengan yang dikatakan oleh bapak si penjaga warung  tadi. 

Kami kemudian mengambil arah ke kanan. Tapi kondisinya jalannya berubah menjadi jalan yang berbatu-batu. Karena tidak ada petunjuk kemana arah berikutnya maka kami putuskan terus saja berjalan sambil harap-harap cemas, apakah ini arah yang benar ??. Ataukan jalan yang tadi itu ??. Terus kalo ternyata arahnya salah berarti  kita harus turun lagi donk ????. Pertanyaan itulah yang berkecamuk didalam benak kami semua. 

Tapi lagi-lagi perjalanan harus terhenti karena kaki bro Manowar mengalami kram. Bro Edy akhirnya memutuskan menyuruh kami istirahat disini saja dulu sementara dia akan melanjutkan menelurusi jalan setapak ini. Entar kalo sudah sampai puncak, kami akan dikasih kabar. Ok deh bray, aku manut wae hehhehehehe (sambil menghela nafas). Oh ya, ada cerita lucu dari bro Manowar ketika ditempat parkir tadi (sebelum mendaki ke Sikunir)

Sesudah dari sini rencananya dia mengajak kami mendaki gunung api purba di Nglanggeran dan nge-camp disana. La wong mendaki bukit Sikunir saja sudah ngos-ngosan, kok malah mau ngajak mendaki ke gunung Nglanggeran *tepokjidat*Selang 20 menit kemudian hape bro Manowar berdering dan ternyata ada berita bagus dari bro Edy. Posisi dia sekarang sudah dipuncak dan kita disuruh menyusul kesana. Setelah mengolesi balsem pada kaki bro Manowar yang kram, kami kemudian segera menyusul bro Edy. 





Terpaksa pakai jas hujan 

Masak pemadam kelaparan hehehhehe

Bersama bro Edy & bro Aang, (temen baru dari Banjarnegara)

Di perjalanan kami ketemu dengan kawan-kawan pecinta alam yang kebetulan baru saja mendirikan tenda. Kata mas-mas itu puncaknya bukan disini, melainkan disana. Kira-kira tinggal beberapa meter saja.  Mereka lalu memberi saran agar kita nge-camp disana saja karena tempatnya lebih luas dan landai. Kami kemudian meneruskan perjalanan dan akhirnya sampai puncak Sikunir juga. Kami lalu memilih lokasi yang saling berdekatan untuk mendirikan tenda supaya lebih mudah dalam hal pengawasan seumpama terjadi apa-apa. 

Pertama kami merakit dulu tenda mas dan mbak-mbak itu baru tenda kami kemudian. Sesudah tenda pertama berdiri mbak-mbak lalu segera masuk kedalam tenda dan memutuskan langsung beristirahat saja. Sedangkan kami para lelaki kemudian membikin api unggun dengan parafin dan sekalian buat masak mie instan. Karena keasyikan ngobrol tidak terasa kalo waktu sudah menunjukkan hampir pukul 01.00 WIB. Akhirnya kami sudahi dulu aktifitas malam ini dan segera menyusul tidur. Sebelum memejamkan mata aku berdoa semoga esok pagi dapat melihat golden sunrise Sikunir. Sugeng dalu sedoyo,........






No comments:

Post a Comment