Bakso Solo "Ibu Umi" Mojosari Yang Mak Nyuss



Jika anda seorang penggemar bakso dan kebetulan sedang melintas di daerah Mojosari - Mojokerto maka sempatkanlah mampir ke bakso solo "Ibu Umi" ini yang berlokasi di Jln hayam Wuruk Mojosari atau tepatnya 100 meter sebelum RSU Prof. DR. Soekandar Mojosari (pas didepan Bank Mandiri). Kalo dari arah Ngoro atau Kejapanan lokasinya berada di sisi kanan jalan. Koordinat : -7.518878, 112.561183

Warung bakso ini merupakan pusat dari bakso solo "Ibu Umi" yang banyak tersebar disepanjang jalan Mojosari - Mojokerto (didaerah Ngranggon & Jabon). Setiap melintas jalur ini aku kadang mampir karena memang aku penggemar makanan yang konon berasal dari daratan tiongkok ini. Dan sepulang kerja kemaren aku mampir lagi kesini meskipun jarak dari pabrik lumayan jauh hehehehehe.

Untuk pilihan baksonya lumayan cukup lengkap seperti pentol halus, pentol kasar, pentol kecil dan pentol besar. Selain itu tempatnya juga cukup luas dan cukup nyaman. Kami masing-masing lalu memesan seporsi bakso kecil dan bakso besar. Untuk minumnya kami memesan menu baru (kayaknya) yaitu teh poci asli dari Wonosari - Gunung Kidul, Ngayogjokarta.

Dingin-Dingin Enaknya Nge-STMJ Nang "Glintung" Malang

STMJ super & pancake

Malang selalu identik dengan kota yang memiliki hawa cukup sejuk dan dingin apalagi ketika pada malam hari. Cuaca yang dingin biasanya membuat kita malas untuk keluar. Tapi jangan kuatir karena ada banyak pilihan tempat wisata kuliner malam yang bikin badan terasa hangat salah satunya adalah warung STMJ. Ada banyak pilihan warung STMJ di kota malang seperti di Jln. Borobudur dan Glintung.

Tapi pilihan kami untuk malam ini adalah STMJ Glintung. Meskipun ada embel-embel Glintung lokasinya malah berada di sebuah Ruko depan RS Lavalette (dekat dengan SMPN 5 Malang). Sebelum pindah ke lokasi ini memang dulunya berada didaerah Glintung sehingga meskipun sudah pindah tetapi namanya tetep STMJ Glintung.

Goes To The First Ridetography Gathering @Tawangmangu Part.2 (Terakhir) : Ketemu Dengan Sahabat Baru

Suasana gathering

Hawa pagi Tawangmangu yang dingin begitu menusuk kalbu. Puncaknya adalah pada jam 03-05 dini hari. Untung saja tadi malam aku tidur beralaskan matras spoon sebab kalo tidak nasibku bakal sama dengan bro Didik dan bro Manowar yang sejak dari tadi malam krusek-krusek gak jelas mencari kehangatan hehehhehehehe. 

Gak ada akar rotan pun jadi mungkin begitulah prinsip bro Didik karena begitu dinginnya maka plastik yang biasa aku pake buat alas sholat akahirnya dipake buat selimut. Sedangkan nasib bro Manowar sedikit lebih baik karena dia memakai kaos kaki dobel dan membawa sarung yang digunakan buat selimut. Akhirnya kami terbangun ketika mendengar tawa dan celoteh beberapa bikers juga.

Alhamdulilah..lumayan nyenyak banget tidur tadi malam. Kesempatan ini lalu aku gunakan untuk ngobrol dengan beberapa kawan bikers yang kebetulan ikut gathering ini juga. Ada yang datang dari Semarang, Jogjakarta, Solo, Bandung, Surabaya, Malang atau bahkan dari Pulau Dewata. Kami disini dipersatukan dalam tajuk "The First Ridetography Gathering 2016".

Ayo Uklam-Uklam Nang Alon-Alon Malang Jess

Masjid "Jami" Malang

Hampir setiap kota tua di Jawa memiliki "Ruang Publik Terbuka" yang dinamakan alun-alun. Keberadaan alun-alun biasanya disertai dengan masjid, penjara, gereja, pusat pembelanjaan serta kantor pemerintahan. Dulu alun-alun merupakan pusat pemerintahan dan sering digunakan sebagai tempat perayaan/upacara adat dan keagamaan serta sebagai tempat untuk mengadili para penjahat.

Tapi sekarang alun-alun identik dengan arena bermain buat keluarga sehingga banyak kota-kota di pulau Jawa yang menyulap alun-alun mereka sedemikian rupa sehingga memberikan rasa aman dan nyaman buat para pengunjung terutama anak-anak. Fasilitas dialun-alun juga semakin lengkap seperti : arena bermain, kursi taman, ruang menyusui, toilet,  smoking area dll.

Dan salah satunya adalah alun-alun Kota Malang. Kalo dulu alun-alun Malang identik dengan pedagang kaki lima, tempat mesum dan rawan kejahatan ? maka sekarang sudah berubah 180 derajat. Alun-alun Malang jauh lebih terlihat cantik dan menarik. Tidak ada lagi para pedagang kaki lima, gepeng, deretan warung tenda serta gerombolan preman yang selalu bikin resah pengunjung.

Nge-gas Tipis Ke Bali 2015 Part. 8 (Terakhir) : Pulang Via Piket Nol Lumajang

Gladak Perak di kawasan Piket Nol Pronojiwo - Lumajang

Sabtu, 02 Januari 2016
Tidak terasa sudah  hampir sepekan lebih aku meninggalkan kampung halamanku. Hari ini saatnya kembali pulang untuk mempersiapkan diri akan sebuah rutinitas. Setelah packing dan bersiap-siap tepat pada pukul 09.00 WIB aku segera berpamitan kepada bro Lifo untuk kembali menuju ke Pandaan. Dari rumah bro Lifo aku menuju ke Jajag dan langsung joss via Selatan.

Jalur selatan memang cukup menguras adrenalin karena kita akan melewati beberapa kelokan tajam di Alas Gumitir dan yang bikin penasaran banget adalah melewati jalur Lumajang -  Malang via Piket nol. Konon jalurnya tak kalah kereng dengan jalur Gumitir. Bahkan  beberapa bikers banyak yang bilang kalo jalurnya jauh lebih mantap.

Jajag - Alas Gumitir aku tempuh dengan waktu sekitar 1,5 jam saja. Kalo anda belum melewati jalur Alas Gumitir pasti kaget melihat orang (penduduk lokal) yang berdiri ditiap-tiap tikungan tajam sebagai pembantu mengarahkan jalan terutama ketika pada malam hari. Jalur Gumitir memang rawan sekali terjadi kecelakaan karena kontur jalan cukup sempit, gelap dan memiliki beberapa tikungan tajam.

Nge-gas Tipis Ke Bali 2015 Part. 7 : It's Called G-Land Aka Plengkung Beach

Santai seperti dipantai : Pantai Plengkung

Jumat, 01 Januari 2016
kami dari "Keluyuran Bertiga" mengucapkan "Selamat Tahun Baru 2016" bray. Semoga ditahun ini lebih baik dari tahun lalu. Ok..kembali ke laptop. Sudah lebih setahun aku tidak bertemu dengan bro Arief "Lifo" setelah dia memutuskan menetap di Bangorejo - BWI. Lokasi rumahnya lumayan cukup stategis karena berada di akses utama menuju ke Pantai Pulo Merah. Kalo dari sini hanya berjarak sekitar 10 km saja. Tapi sayang meskipun sudah diaspal tapi kondisi jalannya masih terbilang cukup sempit.

Setelah sholat jumat bro Arief  lalu mengajakku malali ke salah satu daya tarik Pantai di Banyuwangi yang terkenal dengan ombaknya yaitu G-Land alias pantai Plengkung. Wokay bro....berangkaaaat. Dari sini (Bangorejo) kami harus menuju ke Tegaldlimo terlebih dahulu, baru setelah itu masuk kedalam kawasan Alas Purwo yang konon sangat mistik banget.

Petunjuk jalannya cukup lengkap kok bray sehingga kita tidak perlu menggunakan GPS. Kalo bingung tinggal tanya saja kepada penduduk setempat hehehehehe. Tapi untuk menuju ke G-Land kita harus menaklukan kondisi jalan makadam yang bisa dibilang cukup mantap. Jalan aspal tapi lapisan aspalnya banyak yang telah mengelupas sehingga hanya menyisakan susunan bebatuan yang cukup tajam. Tapi untung saja kondisi cuaca lagi cerah ? coba kalo hujan pasti akan lebih susah lagi untuk melewatinya.