Goes To The First Ridetography Gathering @Tawangmangu Part.2 (Terakhir) : Ketemu Dengan Sahabat Baru

Suasana gathering

Hawa pagi Tawangmangu yang dingin begitu menusuk kalbu. Puncaknya adalah pada jam 03-05 dini hari. Untung saja tadi malam aku tidur beralaskan matras spoon sebab kalo tidak nasibku bakal sama dengan bro Didik dan bro Manowar yang sejak dari tadi malam krusek-krusek gak jelas mencari kehangatan hehehhehehehe. 

Gak ada akar rotan pun jadi mungkin begitulah prinsip bro Didik karena begitu dinginnya maka plastik yang biasa aku pake buat alas sholat akahirnya dipake buat selimut. Sedangkan nasib bro Manowar sedikit lebih baik karena dia memakai kaos kaki dobel dan membawa sarung yang digunakan buat selimut. Akhirnya kami terbangun ketika mendengar tawa dan celoteh beberapa bikers juga.

Alhamdulilah..lumayan nyenyak banget tidur tadi malam. Kesempatan ini lalu aku gunakan untuk ngobrol dengan beberapa kawan bikers yang kebetulan ikut gathering ini juga. Ada yang datang dari Semarang, Jogjakarta, Solo, Bandung, Surabaya, Malang atau bahkan dari Pulau Dewata. Kami disini dipersatukan dalam tajuk "The First Ridetography Gathering 2016".

Ayo Uklam-Uklam Nang Alon-Alon Malang Jess

Masjid "Jami" Malang

Hampir setiap kota tua di Jawa memiliki "Ruang Publik Terbuka" yang dinamakan alun-alun. Keberadaan alun-alun biasanya disertai dengan masjid, penjara, gereja, pusat pembelanjaan serta kantor pemerintahan. Dulu alun-alun merupakan pusat pemerintahan dan sering digunakan sebagai tempat perayaan/upacara adat dan keagamaan serta sebagai tempat untuk mengadili para penjahat.

Tapi sekarang alun-alun identik dengan arena bermain buat keluarga sehingga banyak kota-kota di pulau Jawa yang menyulap alun-alun mereka sedemikian rupa sehingga memberikan rasa aman dan nyaman buat para pengunjung terutama anak-anak. Fasilitas dialun-alun juga semakin lengkap seperti : arena bermain, kursi taman, ruang menyusui, toilet,  smoking area dll.

Dan salah satunya adalah alun-alun Kota Malang. Kalo dulu alun-alun Malang identik dengan pedagang kaki lima, tempat mesum dan rawan kejahatan ? maka sekarang sudah berubah 180 derajat. Alun-alun Malang jauh lebih terlihat cantik dan menarik. Tidak ada lagi para pedagang kaki lima, gepeng, deretan warung tenda serta gerombolan preman yang selalu bikin resah pengunjung.

Nge-gas Tipis Ke Bali 2015 Part. 8 (Terakhir) : Pulang Via Piket Nol Lumajang

Gladak Perak di kawasan Piket Nol Pronojiwo - Lumajang

Sabtu, 02 Januari 2016
Tidak terasa sudah  hampir sepekan lebih aku meninggalkan kampung halamanku. Hari ini saatnya kembali pulang untuk mempersiapkan diri akan sebuah rutinitas. Setelah packing dan bersiap-siap tepat pada pukul 09.00 WIB aku segera berpamitan kepada bro Lifo untuk kembali menuju ke Pandaan. Dari rumah bro Lifo aku menuju ke Jajag dan langsung joss via Selatan.

Jalur selatan memang cukup menguras adrenalin karena kita akan melewati beberapa kelokan tajam di Alas Gumitir dan yang bikin penasaran banget adalah melewati jalur Lumajang -  Malang via Piket nol. Konon jalurnya tak kalah kereng dengan jalur Gumitir. Bahkan  beberapa bikers banyak yang bilang kalo jalurnya jauh lebih mantap.

Jajag - Alas Gumitir aku tempuh dengan waktu sekitar 1,5 jam saja. Kalo anda belum melewati jalur Alas Gumitir pasti kaget melihat orang (penduduk lokal) yang berdiri ditiap-tiap tikungan tajam sebagai pembantu mengarahkan jalan terutama ketika pada malam hari. Jalur Gumitir memang rawan sekali terjadi kecelakaan karena kontur jalan cukup sempit, gelap dan memiliki beberapa tikungan tajam.

Nge-gas Tipis Ke Bali 2015 Part. 7 : It's Called G-Land Aka Plengkung Beach

Santai seperti dipantai : Pantai Plengkung

Jumat, 01 Januari 2016
kami dari "Keluyuran Bertiga" mengucapkan "Selamat Tahun Baru 2016" bray. Semoga ditahun ini lebih baik dari tahun lalu. Ok..kembali ke laptop. Sudah lebih setahun aku tidak bertemu dengan bro Arief "Lifo" setelah dia memutuskan menetap di Bangorejo - BWI. Lokasi rumahnya lumayan cukup stategis karena berada di akses utama menuju ke Pantai Pulo Merah. Kalo dari sini hanya berjarak sekitar 10 km saja. Tapi sayang meskipun sudah diaspal tapi kondisi jalannya masih terbilang cukup sempit.

Setelah sholat jumat bro Arief  lalu mengajakku malali ke salah satu daya tarik Pantai di Banyuwangi yang terkenal dengan ombaknya yaitu G-Land alias pantai Plengkung. Wokay bro....berangkaaaat. Dari sini (Bangorejo) kami harus menuju ke Tegaldlimo terlebih dahulu, baru setelah itu masuk kedalam kawasan Alas Purwo yang konon sangat mistik banget.

Petunjuk jalannya cukup lengkap kok bray sehingga kita tidak perlu menggunakan GPS. Kalo bingung tinggal tanya saja kepada penduduk setempat hehehehehe. Tapi untuk menuju ke G-Land kita harus menaklukan kondisi jalan makadam yang bisa dibilang cukup mantap. Jalan aspal tapi lapisan aspalnya banyak yang telah mengelupas sehingga hanya menyisakan susunan bebatuan yang cukup tajam. Tapi untung saja kondisi cuaca lagi cerah ? coba kalo hujan pasti akan lebih susah lagi untuk melewatinya. 

Nge-gas Tipis Ke Bali 2015 Part. 6 : Mampir Sebentar Ke Banyuwangi

Goes 2 Java

Rabu, 30 Desember 2015
Kami perlahan-lahan meninggalkan Ubud ketika waktu telah menunjukkan pukul WITA. Sebenarnya agak berat juga sih meninggalkan Ubud tapi mau gimana lagi karena ada djadwal yang harus dikejar di Banyuwangi nanti. Dari Ubud kami lalu melipir ke arah Denpasar via Sukawati. Mampir sebentar ke Krisna 24 Jam Tuban karena ada barang titipan yang kelupaan kebeli.

Setelah barang sudah masuk dalam box kami melipir kedaerah Canggu, Kuta Utara - Badung untuk mampir ke tempat saudara bro Agung "Robot". Setelah sempat muter-muter karena tak tahu arah akhirnya ketemu juga dengan lokasinya yaitu "Warung Bu Mi". Kesan pertama ketika sampai disini terkesan lumayan cukup mewah. 

Warung "Bu Mi" menyajikan aneka makanan khas Jawa Timur seperti nasi campur, nasi pecel, aneka sambal dan lalapan, nasi kuning dll. Meskipun ada embel-embel warung tapi kesan pertama yang terlintas ketika datang kesini adalah suasananya lebih menyerupai restoran. Jadi jangan berharap ada akan menjumpai para pengunjung yang berasal dari lokal Bali dan Indonesia karena yang datang bule semua bray.

Nge-gas Tipis Ke Bali 2015 Part. 5 : Episode Bukit Campuhan Ubud

Bukit Campuhan : #biardibilangkekinian

Rabu, 30 Desember 2015
Tidak terasa ternyata sudah hampir 4 hari kami berada dipulau Dewata. Hari ini adalah hari terakhir aku dan bro Agung "Robot" disini. Pagi ini kami berencana akan bersilahturahmi ke rumah rekan kerja kami yaitu bli Dewa Putu didaerah Klungkung. Setelah berpamitan kepada bude-nya bli Wayan kami bertiga langsung gas menuju ke sana.

Dari Sesetan kami langsung menuju ke arah Bypass Ida Bagus Mantra. Jalur tersebut adalah jalan tercepat menuju ke Banjarangkan - Klungkung dibandingkan kalo kita lewat Sukawati. Kurang lebih 1 jam perjalanan akhirnya kami sampai juga disana. Rupanya si empunya rumah sudah menunggu kami dari pagi tadi. Sorry bli De agak molor dari jadwal hehehhehehe.

Cukup lama juga kami berada disini sampek bro Agung dan bli Wayan sempet tertidur karena rasa ngantuk dan capek yang melanda. Maklum tadi malam kami baru sampai kost'an sekitar pukul 01.00 dini hari dan baru tidur sekitar 1 jam kemudian. Rumah bli Dewa Putu sangat strategis karena berada ditepi jalan Jabalok pas didekat perbatasan Kab. Gianyar - Kab. Klungkung.