 |
Ceking Terrace Landscape |
Ubud,
29 Desember 2014
Pagi ini kami kembali terjaga. Tapi kali ini bukan suara
lolongan anjing yang berantem ataupun diusir oleh pecalang melainkan karena kondisi perut yang sudah tidak bisa diajak kompromi lagi
hehhehehehehe. Karena suasana masih pagi buta dan belum ada warung
makanan yang buka maka tak ada pilihan lain selain masak sendiri
saja.
Aku segera berjalan menuju box motor dan mengambil tas kain berwarna orange. Selanjutnya ambil cangkir yang berisi air, ambil parafin lalu masukin ke kompor dan aku sulut dengan api. Sambil menunggu airnya matang aku pergi ke mini market dulu untuk membeli mie goreng kemasan cup dan beberapa kopi sachet.
30 menit kemudian 3 cup mie goreng dan secangkir kopi panas sudah siap disantap, selamat makan sahabat. Meskipun sederhana tapi lumayanlah buat mengisi perut pagi ini. Sebenarnya sungkan masak disini karena kami berada diteras mini market. Tapi gpplah yang penting selesai masak sampah-sampah dibersihkan.
 |
Selamat pagi Indonesia................ |
 |
Sarapan pagi dengan menu sederhana |
 |
Goes 2 Tegalalang |
 |
Selamat datang di Tegalalang |
Setelah
sarapan pagi kami lalu bersiap-siap untuk nge-gas menuju ke
Kintamani. Tepat pada pukul 06.05 WITA kami akhirnya berangkat kesana
via Tegalalang. Sengaja kami pilih lewat jalur ini soalnya kami penasaran
banget sama pemandangan teras sawahnya.itu lho. Teras sawah adalah sawah
berundak-undak (bertingkat) yang dijalankan dengan sistem pengairan subak. Disini kita bisa menikmati keindahan panorama terasering sambil menikmati makanan khas bali dicafe-cafe yang banyak terdapat disepanjang jalan ini. Selain di Tegalalang - Ubud, kita juga bisa mendapatkan pemandangan teras sawah di Jatiluwih - Tabanan. Dan
berikut ini penampakannya :
 |
Warung/Cafe tepi sawah |
Puas
menikmati indahnya panorama #CekingTeracce kami lalu bergegas untuk melanjutkan lagi perjalanan.
Kali ini kontur jalan mulai menanjak, berkelak-kelok dan suhu udaranya pun juga mulai dingin. Bahkan dalam perjalanan beberapa kali terlihat adanya kabut dan embun yang turun ke tanah sehingga
membuat jarak pandang kami sangat terbatas.
Disepanjang jalan banyak sekali terdapat agrowisata terutama kopi bali dan
kopi luak. Wah jadi mupeng pengen mampir kesana ???. Selama malali ke
Bali aku tidak pernah sekalipun mengunjungi agrowisata kopi Bali
padahal di sekitar tempat tinggal kakak di Mengwi - Tabanan sana
banyak sekali wisata agronya.
Kemudian kami sampai di Penelokan dan langsung menuju ke Kintamani. Selang 20 menit kami akhirnya sampai disana dan berhenti sebentar disebuah warung sederhana yang banyak terdapat disepanjang jalan. Kami lalu memesan 3 cangkir kopi bali "Kintamani". Kintamani merupakan salah satu tempat penghasil kopi yang berkualitas dengan cita rasa tinggi. Kebanyakan kopi yang ditanam adalah jenis arabika. Salah satu ciri khas kopi kintamani adalah sedikit beraroma buah jeruk. Ini dikarenakan kopi Kintamani ditanam bersebelahan dengan pohon jeruk sebab sifat dari tanaman kopi adalah menyerap rasa dari tanaman sekitarnya..
Sambil meminum kopi kami bertiga lagi asyik mengamati
tingkah lucu anjing ras Kintamani yang sedang bermain dengan
anjing lainnya. Ras anjing asli Indonesia ini memang unik karena selain memiliki bulu yang tebal, wajahnya pun sekilas mirip dengan serigala. Karena keunikannya
tersebut harganya bisa selangit. Keindahan anjing Kintamani ini bahkan menginspirasi salah satu group band reggae indo untuk membuatkannya lagu.
Puas
mengamati tingkah lucu anjing Kintamani kami bertiga kemudian turun
menuju ke Danau Batur. Sebenarnya ada satu tempat yang pengen banget
aku kunjungi yaitu Black Lava alias lava hitam. Lokasi ini
merupakan timbunan lava dengan pasir yang berwarna kehitaman. Di lokasi ini sering
digunakan oleh komunitas pecinta motor trail , sepeda gunung dan offroad untuk mengasah keterampilannya.
 |
Akhirnya sampai juga di Kintamani |
Kami
kemudian mengambil arah menuju ke Bangli dan sekaligus mencari kantor
Adira Finance karena bro Didik harus membayar cicilan motornya karena hari
ini batas akhir pembayaran. Tapi ketika sampai di depan Museum Gunung
Api Batur kami berhenti karena disini ternyata ada cabangnya.
Sambil menunggu bro Didik antri membayar cicilan aku lalu menuju ke conter HP terdekat untuk mengbackup file pada kamera. Dari awal kamera aku memang bermasalah karena tiba-tiba ada beberapa file foto yang corrupt. Kalo tidak diamankan sekarang bisa celaka 13 belas nih karena berpetualang tanpa sebuah foto ibarat habis makan tapi tidak nyruput kopi hhehehehehhe.
 |
Museum Geopark Gunung Api Batur |
 |
Bayar cicilan motor @Adira Batur |
Setelah
urusan bro Didik SKYT selesai, kami lalu melanjutkan lagi perjalanan. Karena tiba-tiba turun hujan kami lalu berhenti sebentar didepan rumah penduduk untuk
berteduh. Setelah hujan reda kami langsung menuju ke destinasi
berikutnya yaitu : "Desa Adat Penglipuran". Bagi
kawan-kawan yang suka menonton FTV atau sinetron ditelevisi ? tempat
ini pasti sudah tidak asing lagi karena sering bingit dijadikan sebagai
lokasi syuting.
Desa Penglipuran berlokasi di Desa Kubu, Kec. Bangli, Kab. Bangli - Bali
dan berada pada ketinggian sekitar 400-500 mdpl. Desa ini merupakan
salah satu desa cagar budaya yang ada di Bali selain desa adat
Tenganan. Momen yang pas berkunjung kesini adalah ketika Hari Raya
Galungan atau Kuningan karena disepanjang jalan desa (didepan
rumah penduduk) banyak sekali penjor yang membuat desa ini semakin sedap dipandang
mata.
 |
Selamat datang di Desa Penglipuran |
 |
Jalan utama menuju desa |
 |
Bale banjar (desa) |
Ketika datang kebetulan disini sedang ada Festival Desa Penglipuran II yang berlangsung dari tgl. 18 Desember 2014 - 1 Januari 2015. Selain melihat lingkungan desa yang asri, kita bisa melihat Candi, Hutan Bambu, Monumen dan Karang Memadu. Yang unik didesa ini adalah arsitektur rumahnya dibuat hampir mirip dan tertata rapi sehingga semakin menambah eksotik tempat ini.
Konon desa ini dulu merupakan hibah atau pemberian dari Raja Kerajaan Bangli kepada pengikut setianya. Desa ini diperkirakan berdiri sejak abad ke VIII. Kalo pengen merasakan bagaimana rasanya menjadi penduduk asli desa adat ini kita bisa menginap dirumah penduduk atau homestay serta mengikuti kesehariannya.
Puas
melihat-lihat eksotisme dan keunikan desa budaya Penglipuran kami
lalu melanjutkan lagi perjalanan. Saat itu waktu sudah menunjukkan
pukul 12.30 WITA. Dari Penglipuran kami menuju ke Bangli. Memasuki
kota Bangli kami berhenti sebentar untuk mengisi perut dulu. Ada hal
lucu yang aku lakukan ketika makan di warung Tegal. Aku
dengan pedenya saja mengambil nasi dan lauk sendiri mirip prasmanan gitu.
Karena posisi lagi lapar bingit tentu saja porsi nasi sedikit aku
banyakin hehehhehehe.
Tapi
ternyata eh ternyata pas giliran bro Didik dan bro Manowar akan mengambil nasi, pemilik warung tersebut mengambil alih dengan
mengambilkan mereka nasi dan lauk alias dilayani oleh si pemilik
warung. Ya sudah aku terlanjur basah woles saja bro hehhehehehe.
Ketika membayar aku lalu bilang kalo nasinya lebih tapi ternyata ibu si pemilik warung bilang kalo gpp. Biasanya memang prasmanan gitu mas
katanya ??. Oh gitu to ?? wah gak jadi malu nih hehehhehehehe.
 |
Nakam siang @Warung Tegal Bangli |
 |
Bon apetite.......... |
Selesai makan siang kami memutuskan untuk mencari masjid dulu buat sholat dan
beristirahat. Setelah bertanya kepada pemilik warung kami lalu menuju
ke Polres Bangli. Pas didepan Polres Bangli masjid Agung Bangli berada. Untuk mencari
masjid dipulau dewata ini memang gampang-gampang susah. Tapi
sebenarnya ada cara yang cukup mudah yaitu kita tinggal cari saja dimana lokasi kantor
Polres karena disekitar sana pasti ada masjidnya.
Sampai di masjid Agung Bangli aku lalu merebahkan badan sembari menunggu bro Manowar dan bro Didik selesai sholat. Kami sengaja sholat bergantian supaya salah satu ada yang bertugas untuk menjaga barang bawaan. Meskipun Bali relatif aman tapi tidak ada salahnya kan kalo kita selalu waspada. Selesai sholat kami semua langsung terlelap karena kondisi fisik yang benar-benar lelah dan ngantuk pol.
 |
@Masjid Agung Bangli - Bali |
 |
Mumpung ada kesempatan........ |
Kami bertiga terbangun ketika suara adzan ashar berkumandang. Kemudian sholat ashar dulu sekalian karena mumpung ada masjid. Selesai sholat kami lalu
bersiap-siap untuk nge-gas lagi. Tepat pukul 16.15 WITA kami berangkat menuju ke Istana Tampak Siring karena bro Manowar penasaran
bingit pengen kesana. Tapi ketika sampai di lokasi ada sedikit
kekecewaan karena ternyata sudah hampir 20 tahun istana ini tidak dibuka untuk
umum.
Ya sudah, mumpung disini kami kemudian menuju ke Holy Spring Tirta Empul yang berada tidak jauh dari Istana Tampak Siring. Tapi kami tidak masuk ke dalam melainkan hanya duduk-duduk saja ditempat parkir sembari memesan 3 cangkir kopi bali (lagi). Karena waktu sudah semakin sore kami lalu memutuskan segera berangkat menuju ke Pelabuhan Padang Bai Karangasem - Bali karena rencananya malam ini akan menyeberang ke Lombok.
 |
Peta Wisata Tirta Empul |
Dari
Tampak Siring kami ambil arah menuju ke Gianyar kemudian lanjut
menuju ke Bypass Ida Bagus Mantra. Karena perut kembali
keroncongan kami lalu memutuskan makan malam dulu di daerah Banjarangkan. Saat itu waktu menunjukkan pukul 19.50 WITA. Aku kemudian memesan
sate ayam plus lontong sedangkan bro Didik dan bro Manowar memesan scholl duck
alias sekol (nasi) bebek.
Sesudah perut kembali kenyang kami melanjutkan lagi perjalanan. Dan tepat pada pukul 22.50 WITA kami akhirnya sampai juga di pelabuhan Padangbai Karangasem - Bali. Beli tiket dulu dan segera menuju ke antrian. Tapi karena datangnya kapal dari Lembar masih lama kami lalu menuju ke musholla pelabuahn untuk sholat. Sebenarnya dikapal ada musholla sih tapi seperti kata JK : "Lebih Cepat Lebih Baik". Tapi ketika sampai disana ternyata pintu musholla tertutup
rapat. Terpaksa deh sholat dengan menggelar matras saja.
Selang 2 jam kemudian terdengar pemberitahuan pada pengeras suara yang menandakan kalo kami semua harus segera masuk ke dalam kapal. Malam ini cuaca cukup cerah dan ombaknya nayamul tenang. Akhirnya sauh serta jangkar diangkat dan kemudian kapal pelan-pelan melaju meninggalkan pulau Bali untuk menuju ke pulau Cabe hehehhehehhe. Lombok, kami datang (lagi)...............
 |
Kondisi pelabuhan yang cukup lenggang |
 |
Leaving on the ship |
Catatan
:
- Tiket masuk Holy Spring Tirta Empul : Rp. 15.000,-/dewasa dan Rp. 7500,-/anak-anak
- Tiket masuk Desa Tradisional Penglipuran : Rp. 7500,-/dewasa dan Rp. 5000,-/anak-anak
- Tiket Penyeberangan Padangbai - Lembar : Rp. 125.000,-/sepeda
No comments:
Post a Comment