Eastpedition Indonesian Ride Part. 7 : Pantai Pink aka Pantai Tangsi Lombok

Senin, 30 Desember 2013
Hari ini aku terbangun lebih pagi dari biasanya karena kondisi perut yang mules sick harus memaksaku untuk segera menuju ke kamar mandi big grin. Pasti gara-gara Nasi Puyung tadi malam nih. Selang beberapa menit kemudian bro manowar dan bro Andik juga sudah bangun. Kemudian kami menunaikan sholat subuh dulu.

Sudut kota Mataram

Didepan Mataram Mall

Hari ini kami akan mengekplorasi keindahan Pantai Pink di Lombok Timur (Lotim). Sebenarnya ini adalah kunjungan aku yang kedua kalinya di Lombok. Cuman yang waktu itu aku tidak sempat kesini dikarenakan keterbatasan waktu. Dan ketika kesempatan itu datang lagi sekarang, maka tidak akan aku sia-siakan begitu saja. Pokoknya hari ini aku harus kesana, semangat. 

Tapi sebelumnya, kami ingin mencari oleh-oleh khas Lombok dulu disekitaran Mataram Mall (MM). Karena kebetulan tempat kerja mereka searah, kami akhirnya berangkat bareng teman bro Andik untuk menuju kesana. Hari masih pagi (sekitar pukul 08.05 WITA)  sehingga masih banyak toko yang tutup. Kami lalu muter-muter dulu ke dalam kota untuk mencari toko onderdil kendaraan roda empat. 

Lampu hazard bro Manowar sedikit mengalami masalah dan kemungkinan flashernya rusak. Tapi setelah diganti ternyata tidak ada perubahan. Ya sudah, kalo sampai di Pandaan saja entar dicek lagi solderan pada kabelnya. Yang penting lampu seinnya kan masih bisa digunakan.  


Bengkel bro Wayan

Bengkel sekaligus rumah bro Wayan

With bro Ridho, bro Wayan & keluarga

Sesudah itu kami langsung bergerak menuju ke rumah bro Wayan untuk menjemput bro Yuyut disana. Rumah bro Wayan hanya berjarak sekitar 2 Km saja dari sini. Tepatnya di Jln. Catur Warga Cakranegara. Kami hanya sebentar saja disana karena harus mengejar waktu. Soalnya perjalanan menuju pantai Pink agak jauh dan medannya juga lumayan berat. Sebelum berangkat kami mampir dulu ke Art Shop di Karang Jangkon - Mataram dengan diantar oleh bro Ridho. 


Art Shop Karang Jangkon

Susu & madu khas Sumbawa

Aku hanya membeli 2 stel baju buat keponakan dan 1 buah kaos oblong saja. Kalo bro Manowar dan bro Yuyut kelihatannya nge-borong nih hehehehhe. Oleh-oleh yang  mereka beli kebanyakan sih kaos oblong dan daster bermotif Lombok gitu. Selain pakaian, disini juga ada makanan khas Sumbawa yaitu Madu Sumbawa dan susu kuda liar Sumbawa.

Sesudah oleh-oleh sudah masuk dalam box, tepat pukul 11.03 WITA kami bertiga langsung nge-gas menuju ke TKP. Dari Mataram kami ambil arah menuju ke Pelabuhan Kayangan dulu. Ketika sampai didaerah Perempatan pasar Masbagik (cirinya ada Masjid Besar dikiri jalan), belok ke arah kanan terus kita lurus saja sampai masuk di wilayah Kec. Selong. Dari sini, kita ambil jalan altenatif  menuju Kec. Keruak tanpa lewat Labuhan Haji dulu. Kemudian cari arah menuju ke Kec. Jerowaru. 

Di daerah ini petunjuk arah ke Pantai Pink masih samar-samar. Jadi kita ikuti saja petunjuk arah yang menuju ke Pantai Tanjung Ringgit karena memang letak Pantai Pink satu arah dengan pantai Tanjung Ringgit. Tapi kalo ragu-ragu jangan sungkan nanya saja pada penduduk setempat. Tapi seandainya kita pakai GPS sih lebih enak lagi hehheehhehe.


Peta arah Pantai Pink

Setelah melewati jalan aspal, saatnya berakrobat ria nih hehhehehe. Kok berakrobat ?? iya karena sepanjang 12 Km sebelum pintu masuk ke pantai  kita akan disuguhi kondisi jalan yang rusak parah. Meskipun sudah diaspal tetapi masih ada beberapa bagian jalan berlubang serta bagian jalan yang lapisan aspalnya sudah rusak atau bahkan tidak ada sehingga hanya menyisakan bagian kerikilnya saja. 


Satu arah dengan pantai Tanjung Ringgit





Rimbunnya pepohonan



Jebakan batman

Ketika musim hujan, kondisi jalannya dijamin pasti akan lebih parah lagi. Selain becek dan licin pastinya, kontur jalannya yang berlubang itu juga akan mengancam keselamatan kita dengan jebakan batmannya. Ya seperti orang bermain akrobat lah karena kita harus melakukan beberapa manuver/gerakan untuk menghindari bagian jalan yang rusak big grin.

Jadi diperlukan kesabaran dan kewaspadaan extra ketika kita melewatinya. Pelan-pelan asal selamat hehehehehe. Tapi meskipun begitu, hijaunya pemandangan hutan disepanjang jalan bisa sedikit mengurangi ketegangan itu. Oh ya, Kalo pengen kesini sebaiknya jangan menggunakan kendaraan bertype rendah sejenis sedan gitu. Kalo masih tetap nekat, tanggung sendiri resikonya. 


Akhirnya....

Akses masuk menuju Pantai

Narsis dulu



Akhirnya kami sampai juga di akses jalan utama menuju ke Pantai. Tidak ada bangunan permanen (loket) disini, hanya semacam gazebo kecil saja. Pantai ini dijaga oleh beberapa pemuda lokal. Dan pengelolaannya kayaknya dilakukan oleh swadaya masyarakat. Untuk masuk ke pantai kita akan dikenakan biaya sebesar Rp. 5000,- /sepeda dan kalo u/ roda empat Rp 10.000,-. Selanjutnya kita harus menuruni bukit dulu ±300 meter untuk masuk ke kawasan pantai. Kondisi jalannya yang extrem (makadam) membuat kami harus lebih berhati-hati ketika menuruninya. 

Selain turunan yang tajam banget, kondisi jalannya juga berdebu serta banyak kerikil dan batu yang bertebaran disepanjang jalan. Kalo musim hujan tentu saja akan lebih susah lagi buat kita untuk melewatinya. Kalo tidak berani menuruninya, parkir saja kendaraan kita disebelah pintu masuk tadi. Setelah bersusah payah, akhirnya sampai di pesisir pantai Pink. Saat itu waktu menunjukkan pukul 13.05 WITA. 


Kondisi jalan menuju pantai

Kalo hujan pasti lebih menantang



Pantai Pink sudah didepan mata

Tapi semuanya itu akhirnya terbayar sudah oleh keindahan dan keelokan pantai ini. Pantai Pink memiliki pasir seperti merica gitu dan kalo dilihat pasirnya seperti berwarna merah muda (pink). Sebelum dinamakan pantai Pink, pantai ini dikenal dengan nama pantai Tangsi. Kita akan lebih jelas melihat warna pasirnya yang pink itu dari atas bukit atau ketika sore dan pagi hari. Warna pink itu disebabkan oleh butiran-butiran temburu karang yang berwarna merah lalu kemudian bercampur dengan air laut. Ketika terkena pantulan dari sinar matahari itulah, warna Pink nya akan keluar. Selain disini, pantai Pink juga bisa kita temukan di Flores - NTT.




Ketika mengunjungi pantai ini, usahakan kita untuk membawa makanan dan minuman sendiri. Meskipun sudah ada beberapa warung disini, tetapi harganya juga sedikit lebih mahal. Tapi kalo tujuan kita untuk membantu perekonomian penduduk lokal, bolehlah kita sesekali membeli makanan atau minuman disini. Dan satu lagi, untuk fasilitas kamar mandi dan toiletnya masih belum ada lho. Jadi kalo kita kebelet BAB atau pipis, maka tak ada pilihan selain harus numpang ke kamar kecil pada pemilik warung tersebut hehehhehe.  

Sebenarnya disekitar sini ada satu pantai lagi yang katanya lebih indah, eksotik dan privat dibandingkan dengan pantai Pink. Katanya pasirnya juga berwarna Pink. Pantai Sebui namanya. Tetapi untuk menuju kesana, kita harus menyewa perahu dulu. Karena keterbatasan waktu, kami nggak sempet kesana hiks. Maybe next time aja deh hehehehhe. Selain pantai, disini kabarnya ada gua peninggalan Jepang gitu. 

Gua itu dulu pernah digunakan oleh tentara jepang sebagai tempat persembunyian pada masa perang dunia kedua. Tapi lagi-lagi kami tidak sempat kesana karena ya itu ?? masalah waktu hehehehhe. Masalahnya hari ini adalah hari terakhir kami di Lombok. Kalo menurut aku sih, minimal dibutuhkan waktu seminggu buat kami untuk mengekplorasi keindahan Lombok yang dijuluki "Pulau Seribu Masjid" ini.















Berkibarlah benderaku

Sementara bro Manowar dibawah sana

Aku dan bro Yuyut kemudian naik keatas bukit dan foto-foto diatas sana, sementara bro Manowar memutuskan istirahat saja dibawah karena kecapaian. Ketika diatas bukit kami ketemu dengan rombongan cagur (calon guru) dari Riau yang kebetulan sedang magang di Lombok. Wah, jauh banget ya mas & mbak magangnya hehhehehe. Kami lalu mengobrol, berkenalan dan kemudian foto-foto bareng mereka. Diatas bukit itu terdapat sebuah gazebo yang bisa kita gunakan untuk tempat berteduh ketika terik dan hujan menyapa. 


Photo session hehehhehe

Aduh...dek big grin

Cagur from Riau



Karena waktu sudah beranjak sore, kami harus melanjutkan lagi perjalanan menuju ke destinasi lainnya yaitu Puncak Sembalun. Bro Yuyut memutuskan tidak ikut karena ada perlu ke rumah bro Mardi di Praya. Oke deh, akhirnya hanya aku dan bro Manowar saja yang berangkat kesana. Untuk menuju ke Sembalun, kami harus kembali lagi ke Keruak trus lanjut  ke Labuhan Haji dan menuju ke Pringgabawa. Ketika sampai di Pertigaan Pasar Pringgabawa kami ambil arah ke kiri. Dari situ kita tinggal ikuti jalan utama saja. 


Istirahat di masjid

Tetapi ketika sampai di daerah Suela, hujan gerimis mulai turun. Waktu juga sudah menunjukkan pukul 18.55 WITA. Maka dengan terpaksa akhirnya kami batalkan saja destinasi ini karena waktu yang kami punya tidak cukup. Menurut penduduk setempat, dari sini ke Sembalun sekitar 1 jam lagi perjalanan. Tapi kalo kita memaksakan berangkat takutnya kemalaman ketika menyeberang ke Bali-nya nanti. Sedikit kecewa sih, tapi mau gimana lagi hehhehehehe. Untuk yang kedua kalinya kami dikalahkan oleh keadaan sad.

Akhirnya kami turun kembali menuju Pringgabawa. Mampir sebentar ke mini market untuk melepas lelah setelah itu langsung tancap menuju ke Pelabuhan Lembar. Jarak Pringgabawa - Pelabuhan Lembar sekitar 2.5 - 3 jam lagi.  Kalo sekarang pukul 19.30 WITA paling cepat sampai di Lembar sekitar pukul 22.30 WITA. 

Sebenarnya malam ini kami akan mampir dulu ke rumah bang Juri untuk berpamitan dan mengucapkan terima kasih. Soalnya ketika balik kemaren, kami tidak sempat ketemu dengan beliau karena sedang keluar rumah. Tapi ketika dalam perjalanan kami sering terjebak hujan dan terpaksa harus berteduh dulu serta waktu juga sudah larut malam maka kami tidak jadi kesana. Kami akhirnya pamitan via bbm saja.

Sampai di Praya kami mampir dulu ke warnet buat back up memori kamera. Takutnya kalo tidak diback up sekarang, filenya akan hilang semua. Ketika mau berangkat, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Terpaksa harus berteduh lagi sad nih. Hujan sudah agak reda tepat pukul 23.25 WITA. Meskipun masih gerimis, kami berdua tetap nekat berangkat menuju pelabuhan Lembar. Malam ini aku menyeberang ke Bali berdua saja dengan bro manowar karena bro Yuyut masih akan tinggal1 hari lagi disini. Kami janjian akan ketemuan di Bali saja. 


Berteduh di warnet @Praya

Selang 1 jam kemudian akhinya kami sampai di pelabuhan Lembar. Ketika sedang sholat isya di Masjid Pelabuhan kami sempat ngobrol dengan seorang keluarga yang riding menggunakan sepeda motor. Mereka berangkat dari Kudus - Jateng dan akan menuju ke Bima salut . 

Bapak itu mengajak kedua anaknya yang masih kecil dan istrinya. Yang ngebikin kami miris adalah bapak itu tidak menggunakan perlengkapan safety riding selayaknya orang mau pergi jauh gitu. Dia hanya mengenakan sarung sedangkan istrinya mengenakan rok panjang bukannya celana panjang. Waduh, gak takut kesrimpet tuh roknya bu ????. Sedangkan kedua anaknya ketika itu tidak memakai jas hujan padahal masih cuaca masih gerimis. 

Ditambah lagi sepeda yang digunakannya dijejali barang bawaan yang besar-besar sehingga tentu saja akan membahayakan keselamatan anak dan istrinya atau bahkan para pengguna jalan lainnya. Waduh bapak, berpergian pakai sepeda motor sih boleh-boleh saja tapi ya jangan sampai over loaded gitu !!. Kasihan entar anak dan istrinya. Kami hanya bisa geleng-geleng kepala saja dan berdoa semoga mereka bisa sampai ditujuan dengan selamat berdoa.  


Selamat datang kembali di Lembar


Sholat Isya dulu





Kami kemudian langsung masuk ke kapal. Karena kebetulan malam ini penyeberangan lumayan sepi, jadi kami bisa dapat tempat tidur yang nyaman didalam kapal. Bali, I'm back again.......



Next : Eastpedition Indonesian Ride Part. 8 : Balinusa -- Tol Bali Mandara & Pantai Pandawa
Previous : Eastpedition Indonesian Ride Part. 6 : Menikmati Keindahan Alam Lombok Barat

No comments:

Post a Comment