Jogja KAMI Trips Part. 4 : Menyusuri Indahnya Bantaran Kali Kuning Di Cangkringan - Sleman

Kali Kuning Cangkringan - Sleman

Selasa, 21 Juli 2015
Kali Kuning adalah sebuah sungai jernih yang memiliki panorama alam nan elok. Disepanjang bantaran sungai banyak ditumbuhi pohon cemara serta pinus yang menjulang tinggi. Tapi sayang sekali setelah erupsi pada 2010 sungai ini berubah total. Kali kuning sekarang tertutup oleh material lahar dingin erupsi. Bangunan di sepanjang bantaran sungai musnah tak berbekas bahkan hutan cemara dan pinus juga menjadi korban kedasyatan wedus gembel. Tapi sekarang perlahan-lahan Kali Kuning sudah kembali seperti semula.

Di kali ini terdapat sumber mata air dengan nama "Umbul Temanten" yang berada pas dikaki tebing sisi barat dan termasuk dalam wilayah Dsn. Kinahrejo, Desa Umbuharjo, Kec. Cangkringan, Kab. Sleman Jogja. Sumber mata air ini memegang peranan vital dalam kehidupan masyarakat sekitar karena airnya dimanfaatkan oleh penduduk untuk kehidupan sehari-hari. Untuk menjaga agar sumber air ini tidak rusak maka pemerintah daerah setempat telah membuat tanggul pengaman disekitar kolam.

Menurut cerita dari ibu pemilik warung pada setiap menjelang ramadhan sering diadakan tradisi "Padusan" atau ritual bersih diri. Mereka tidak hanya datang dari Sleman melainkan berasal dari daerah sekitar Yogja seperti : Magelang, Klaten, Solo serta Purworejo. Bahkan pada malam-malam tertentu sering juga didatangi beberapa orang untuk ritual lainnya seperti bersemedi atau meminta wangsit.


Terpaksa bikin tenda dipekarangan rumah penduduk hehehehhe

Pagi hari @Dusun Kinahrejo

Melewati hutan pinus yang mulai menghijau

 Menuruni bukit untuk menuju ke sungai

Hati-hati bray

Untuk menuju ke Kali Kuning, kami terlebih dahulu harus menuruni sebuah tebing yang terbilang cukup curam dengan melewati suatu jalan setapak. Meskipun kaki ini terasa pegal dan hampir kram serta nafas yang kembang kempis tapi semuanya terbayarkan sudah ketika kami sampai dibawah. Pemandangan alam indah bingit dan udaranya juga sueger. 

Sungguh beruntung banget kami datang kesini karena bisa melihat sisi lain dari Gunung Merapi ini. Rupanya kegagalan saat mencari camping ground ternyata membawa berkah tersendiri. Selain bisa melihat keindahan lereng Merapi dari Kali Kuning kami juga dapat merasakan kearifan lokal warganya secara langsung. Bahkan oleh keluarga bapak dan ibu itu kami sudah dianggap bak keluarga sendiri.

Menurut cerita sang ibu pemilik warung dulunya dibantaran Kali Kuning ini banyak terdapat gazebo, cafe, restoran serta penginapan. Tapi semuanya hancur tak berbekas ketika Merapi mengalami erupsi lagi dan pucaknya pada tahun 2010 kemaren. Bahkan sisa-sisa kayu besar yang digunakan untuk membangun bangunan tersebut masih dapat kita lihat penampakannya pada dasar aliran sungai.

Dibawah atau disungai ada sebuah sumber air yang konon dipercaya mempunyai nilai mistis dan memiliki khasiat. Percaya atau tidak tergantung bagaimana kita menyikapinya okay bray. Ketika sampai dibawah/sungai temen-temen sebagian ada (cak Pri dan Viko) yang mandi sedangkan aku hanya numpang pup saja deh. Maklumlah kangen banget pengen pup di sungai hehhehehehehe.

Sebagian lagi ada yang inisiatif membuat api unggun untuk menghangatkan badan karena suasananya pagi ini memang cukup berangin. Kalo melihat dari sisa-sisa api unggun kayaknya ada yang pernah nge-camp disini. Cukup lama juga kami disini dan setelah cukup puas saatnya untuk kembali naik ke atas.


  Selamat datang di Umbul Temanten

Air dalam umbul yang mulai surut

  Umbul Temanten yang dibuatkan pelindung dari lahar dingin dan erosi tebing

Ini bukan bunker lho melainkan bangunan untuk melindungi sumber air

Menghangatkan diri dengan membuat api unggun

Air sungai yang jernih

Kembali menuju atas

Tapi kali ini perjuangan untuk menuju ke atas tentu akan lebih berat dan menguras tenaga. Bahkan beberapa kali kami harus berhenti untuk sekedar menghela nafas. Maklumlah bro beberapa orang dari kami sudah berumur (balung tuek) dan perokok berat hahhahahahaha.  Sampai keatas kami langsung menuju ke warung untuk sarapan pagi.

Tapi kali ini tidak ada kompor dan panci yang keluar karena makanannya sudah pesan diwarung. Menunya pun tidak jauh-jauh dari mie instan dan secangkir kopi. Tapi untuk kali ini sedikit istimewa karena ada telor rebusnya...hajar bray hehehhehehehe. Sambil makan pagi kami lalu berbincang-bincang dengan ibu penjual warung tersebut.

Dari percakapan tersebut kami mendapatkan sedikit cerita tentang bagaimana suasana desa ketika erupsi terjadi pada tahun 2010 kemaren. Bahkan ada juga anggota keluarganya yang ikut menjadi korban keganasan Wedus Gembel Merapi. Sebenarnya Dusun yang ia tempati sekarang berada dalam zona kawasan rawan bencana dan tidak diperbolehkan untuk ditinggali dengan radius 5-25 km. Tapi mereka memutuskan untuk tetap tinggal disini.


Santai mendengarkan cerita sang ibu

Menu sarapan pagi plus bonus jajanan lebaran hehehehhehe

Cak Imam yang kelelahan

Sekarang kehidupan perekonomian masyarakat di sekitar lereng merapi terutama di Desa Umbulharjo ini berangsur-angsur pulih. Disekitar desa sudah banyak berdiri penginapan, homestay, restoran, toko cinderamata, arena outbond, agen wisata dll. Salah satu putra dan menantunya bahkan ada yang berprofesi sebagai juru foto serta guide dan hasilnya pun lumayan.

Karena waktu sudah semakin siang dan kamipun harus kembali lagi ke Jogja maka kami kemudian segera berpamitan. Tak lupa kami memberi uang lebih sekedarnya sebagai ungkapan rasa terima kasih karena telah diijinkan untuk mendirikan dan menginap dirumahnya. "Insyaallah kalo ke Kaliurang lagi kami akan mampir bu ?" kata kami semua. Sebelum cabut ibu itu lalu memberi kami beberapa foto hasil jepretan sang anak untuk kenang-kenangan.


Siap-siap menuju jogja kembali

Narsis doeloe bersama sang ibu

Catatan :
  • Jika ingin kemping disini (dusun Kinahrejo) kita bisa mendirikan tenda dipekarangan rumah penduduk atau dilapangan tapi tentu saja kita harus minta ijin dulu sama si empunya rumah.
  • Rata-rata masyarakat Kinahrejo dan sekitarnya sangat welcome kepada pengunjung jadi saat disini banyak-banyaklah ngobrol dengan meraka dan merasakan kearifan lokal masyarakatnya.
  • Kalo pengen turun ke bawah/kali kuning kendaraan bisa dititipkan dirumah ibu ini. Orangnya baik banget bray.

Next : Jogja KAMI Trips Part. 5 (Last Chapter) : Selamat Tinggal Ngayogyakarto
Previous :  Jogja KAMI Trips Part. 3 : Jogja Heritage - Alun-Alun Lor, Taman Sari Serta Angkringan Lek Man






No comments:

Post a Comment