Eastpedition Indonesian Ride Part. 4 : Titik Nol Km Sape

Jumat, 27 Desember 2013
Sayup-sayup suara adzan subuh mengalun merdu ditelinga. Kami segera bangun, mandi, wudhu lalu menunaikan sholat subuh dulu. Alhamdulilah, tidur malam ini lumayan nyenyak meskipun hanya beberapa jam saja. Sesudah sholat, kami langsung mengepak kembali barang bawaan dan mengecek semua peralatan riding.


Siap nge-gas lagi

Cek kondisi motor

Setelah semuanya beres, tepat pukul 07.55 WITA kami berangkat. Hawa pagi ini lumayan dingin padahal tadi malam Sumbes tidak hujan. Mungkin karena bulan-bulan ini masih sering hujan, jadi tingkat kelembabannya masih lumayan tinggi.  Perjalanan kali ini kembali didominasi oleh padang rumput savana dan pesisir pantai yang indah. Selama di perjalanan beberapa kali kami harus berhenti sejenak untuk bernarsis ria. Karena kesempatan indah ini terlalu sayang jika dilewatkan begitu saja tanpa sebuah jepretan kamera.


Jalanan begitu lengang

Gas poll tok wes pokok'e

I love the blue of Indonesia hebat



Tri Mas Kenthir tersenyum lebar

















Belajar jadi tukang foto 

Bahkan beberapa kali kami harus mengulang adegan hanya untuk mendapatkan angle yang bagus ketika melahap tikungan. Ternyata tripod yang aku bawa berguna juga ya ?. Thank buat bro Arief atas pinjamannya hebat. Selain itu kondisi jalan yang sepi semakin memudahkan kami untuk mengambil angle yang ajip-ajip. Buat yang hobby cornering, jalur lintas Sumbawa ini patut dicoba.




Jalur lintas Sumbawa ini memang mulus banget kondisi jalannya. Selama perjalanan jarang ada bagian jalan yang berlubang. Baru tahu aku kalo ternyata proyek jalan ini adalah bentuk kemitraan antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia tersenyum lebar. Tapi aku gak tahu ada motif apa pemerintah Australia sampai membantu membangun akses jalan daerah ini. Apa ada hubungannya sama Newmont ya ???.


Oooo, bantuan dari Australia to ?? tersenyum lebar

Setelah puas bernarsis ria, kami melanjutkan lagi perjalanan. Baru 5 Km riding, ada satu spot yang membuat kami harus berhenti lagi hehhehehe. Kembali kukeluarkan tripod dan camera dari dalam box. Setelah dirasa cukup, kami segera tancap gas lagi. Kali ini motor kami geber dengan kecepatan tinggi. Tikungan dan tanjakan kami lahap dengan semangat 45.

Melihat kondisi jalan yang mulus, aku jadi teringat sama balapan Isle Of Man TT. Yaitu balapan tahunan yang diselenggarakan di jalanan umum di pulau Isle Of  Man yang masih berada di wilayah kerajaan Inggris. Dan kontur jalan di sini mirip banget dengan jalan di pulau Isle Of Man TT itu.










Selfie

Aksi cornerir bro Manowar

Memasuki kampung Bali waktu sudah menunjukkan pukul 11.49 WITA. Karena ini hari Jumat, kami harus segera mencari masjid terdekat untuk menunaikan ibadah sholat Jumat dulu. Selisih WIB dengan WITA adalah 1 jam. Kalo sekarang pukul 11.49 WITA berarti di Jawa sekarang pukul 10.49 WIB, sedangkan kemungkinan sholat Jumat akan dimulai sekitar pukul 12.30 WITA.


Ngadem di Kampung Bali

Berbicara tentang kampung Bali di Sumbawa, aku teringat pada kejadian Januari 2013 lalu.  Disini sempat terjadi kerusuhan antar etnis gitu. Pemicunya adalah kematian seorang wanita penduduk lokal yang diduga dilakukan oleh oknum polisi ber-penduduk Bali. Kejadian ini menyebabkan warga dan pihak keluarga korban merusak beberapa fasilitas yang berhubungan dengan Bali. Kerusuhan tersebut sempat membuat was-was kami ketika touring kesini. Tapi syukurlah, tenyata apa yang kami takutkan itu tidak menjadi kenyataan. Ketika sampai disini ternyata suasananya sudah kondusif.


Perempatan Soriutu - Manggalewa

Kami akhirnya menemukan masjid di Desa Soriutu, Kec. Manggalewa, Kab. Dompu  (koordinat : -8.518805, 118.319023). Masjid Baiturrahman namanya dan kebetulan lokasinya pas di dekat perempatan itu. Penduduk disini adalah mayoritas muslim, jadi cukup mudah untuk menemukan masjid atau musholla. Kalo pas di perempatan itu kita belok ke kiri (arah Kempo) maka akan menuju ke Gunung Tambora.

Gunung Tambora adalah salah satu gunung berapi yang masih aktif di Indonesia dan memiliki Kaldera aktif  terluas didunia. Letusannya kala itu sampai mengakibatkan beberapa negara di benua eropa dilanda krisis pangan hebat dikarenakan tidak adanya musim panas akibat sinar matahari tertutup oleh debu vulkanis. Bahkan kekalahan Napoleon Bonaparte disebut-sebut disebabkan oleh perubahan iklim yang disebabkan erupsi gunung Tambora.


@Pelataran masjid Baiturrahman





Sesudah sholat Jumat, kami segera melanjutkan lagi perjalanan. Kontur jalan mulai menanjak, tapi itu tak berlangsung lama karena setelah itu kita melewati turunan yang lumayan tajam. Di sepanjang jalan tersebut banyak terdapat lapak-lapak yang  berjualan kopi & jagung bakar. Dan tak berapa lama kami akhirnya sampai di Dompu. Karena kondisi perut yang sudah keroncongan, kami memutuskan makan dulu. Hanya aku dan bro Yuyut saja yang makan karena bro Manowar alergi sama daging sapi tersenyum lebar. "Ya sudah kalian makan saja dulu, aku kebetulan masih kenyang kok" kata bro Manowar.


Masuk ke kota Dompu



Makan dulu brader @Dompu

Soto daging makan

Sesudah makan, kami lanjut nge-gas lagi. Untuk perjalanan kali ini kontur jalannya lumayan landai dan lurus. Ketika melewati segorombolan kerbau yang sedang berendam di sawah, kami memutuskan untuk berhenti lagi sebentar. Jarang-jarang lho dapat moment kayak gini. Kalopun ada paling hanya ada di daerah Blitar dan Tulungagung saja. Kesempatan ini tentu tidak bisa kami lewatkan begitu saja, saatnya narsis dulu brader hehehehehehe.


















Ketika lagi asyik foto-foto, aku melihat seorang biker melintas dengan kecepatan tinggi didepan kami. Dia mengendarai Bajaj Pulsar dengan atribut lengkap. Kalo sekilas aku lihat sih plat nomer polisinya karesidenan Kediri. Dia sendirian dan mungkin tujuannya sama dengan kami, yaitu ke pulau Komodo.










Setelah foto-foto, kami lanjut nge-gas lagi. Dan tak berapa lama kami memasuki kawasan pantai Kalaki. Pantai ini termasuk dalam wilayah Kab. Bima. Sore ini, pantai Kalaki, lumayan ramai oleh pengunjung. Kebanyakan sih didominasi oleh keluarga dan anak-anak muda setempat.  Tapi sayang sekali, warna air lautnya sedikit keruh saat itu. Meskipun begitu, itu tak menyurutkan niat kami untuk menikmati indahnya pantai ini.


Sayang, airnya sedikit keruh

Pantai Kalaki Bima




  




Otw ke Sape

Pantai Kalaki di kejauhan sana

Memasuki wilayah Kabupaten Bima

Kami hanya berhenti sebentar saja, terus lanjut lagi menuju ke Sape. Jalan menuju pelabuhan Sape mulai menanjak dan kadang sesekali menurun. Kami tinggal ikuti saja sesuai dengan petunjuk jalan yang ada. Dan setengah jam kemudian akhirnya sampai juga di Pelabuhan Sape. Eh, ternyata kami bertemu dengan biker pengendara Bajaj Pulsar tadi. Dia ternyata berasal dari Surabaya meskipun plat no polisinya adalah (AG) karesidenan Kediri. Saat itu dia sedang ngobrol dengan seorang bikers lokal, bro Edi namanya. Bikers Pulsar tadi rencananya akan balik pada sore ini juga. Waduh, gak capek brader ???.


Selamat datang di Pelabuhan Sape



Pelabuhan Sape

Bertemu dengan bikers Pulsar dari Surabaya

Ngopi bersama biker Sape, bro Edi 

Setelah ngobrol-ngobrol sebentar dengan mereka, aku menuju ke loket untuk melihat jadwal keberangkatan kapal. Tapi begitu sampai sana ? suasananya kok sepi ya ??. Jangan-jangan malam ini tidak ada kapal yang berangkat. Dan akhirnya apa yang aku takutkan terjadi juga ?. Menurut laporan BMKG dari tgl 27 Desember 2013 - 2 Januari 2014 kapal tidak dijinkan berlayar dikarenakan cuaca buruk.


Pengumuman dari BMKG menangis

Tarip Penyeberangan

Loket penyeberangan Sape

Akhirnya semangat kami harus dikalahkan oleh alam sedihmenangis. Ya sudah mau gimana lagi ???. Kita ambil saja sisi positifnya brader. Seumpama kemaren (26 Desember) kita berhasil menyeberang ke Labuhan Bajo. Ujung-ujungnya kita nanti akan terjebak disana sampai dengan Tgl 02 Januari 2014 hehehehhehe. Malah bisa celaka tiga belas nih.




Untuk mengobati kekecewaan ini, kami hanya foto-foto saja disekitar Pelabuhan Sape dengan diantar oleh bro Edy. Titik 0 Km Sape hebat. Sementara itu brader biker Pulsar tadi pamitan karena akan balik sore ini juga. Oke brader selamat jalan dan keep safety riding.






Bajo Pulo di kejauhan sana









Narsis di titik 0 Km Sape

Bersama bro Edy

Senja hari di Pel. Sape

Kalo aku lihat ombaknya sih lumayan tenang tapi kenapa gak ada kapal yang berani berlayar ya ??. Kata bro Edy, ombak dipermukaan memang tenang tapi arus bawahnya itu yang berbahaya buat kapal. Karena putarannya mirip seperti pusaran air. Jadi akan sangat riskan kalo pihak syahbandar memberangkatkan kapal.

Sebenarnya bro Edy ingin mengajak kami menyeberang ke Bajo Pulo. Dari pelabuhan Sape hanya dibutuhkan waktu 10 menit saja untuk sampai disana. Tapi setelah gagal total ke Pulau Komodo kami berencana akan mengekplorasi Lombok saja. Jadi dengan berat hati terpaksa kami menolak ajakan bro Edy. Sorry brader, mungkin lain kali saja hehehehhe. 

Kami berencana akan menginap di Bima dan baru berangkat keesokan harinya. Bro Edy mengabarkan kalo kami ajak kopdar sama kawan-kawan YVCI Bima. Sesudah puas berada di posisi titik 0 Km, kami lalu berangkat menuju ke Bima. Terima kasih atas semuanya bro Edy, kalo touring ke Jawa Timur hubungi kami saja. Dan dengan senang hati kami akan membantu.  

Karena kebetulan adzan magrib sudah berkumandang. Kami sholat dulu dimasjid terdekat. Setelah berunding lagi, ternyata ada perubahan plan. Kami memutuskan untuk balik ke Lombok malam ini saja dengan itung-itungan agar kami bisa punya waktu yang panjang disana. Aku lalu memberi kabar via bbm ke bro Edy kalo kami langsung balik saja malam ini. Dan minta tolong agar dikabarkan ke kawan-kawan YVCI Bima kalo kami tidak bisa ikut kopdar. Tapi rupanya kawan-kawan YVCI Bima sudah menunggu kami di perbatasan. Akhirnya kami  harus ikut kopdar dulu ternyata hehehehhehe.

Sampai di perbatasan kami akhirnya bertemu dengan kawan-kawan YVCI Bima. Kami lalu diajak untuk menuju ke kantor Walikota Bima. Tapi bukan masuk ke dalam lho, tapi kami hanya nongkrong-nongkrong saja didepannya hehehhehe. Selain dari kawan YVCI, disini juga ada kawan-kawan dari komunitas lain yaitu Honda CB dan Vario. Salut buat mereka atas keramah-tamahannya padahal kita bukan anggota YVCI. Karena aku sama bro Manowar berasal dari komunitas Independent (Keluyuran Bertiga) sedangkan bro Yuyut dari komunitas Block M Blekok Mojosari.




Suasana Kopdar bersama YVC-I Bima

Bro Pian dkk

Karena waktu semakin larut malam, kami memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan lagi. Tapi ketika akan berpamitan, tiba-tiba hujan deras mengguyur kami. Terpaksa kami bersama kawan-kawan YVCI Bima harus mencari tempat untuk berteduh dulu. Kami akhirnya berteduh di warung kopi yang merupakan tempat nongkrong favorit kedua mereka. Sambil menunggu hujan reda, kami bertiga mereguk nikmatnya kopi susu dulu disini sembari mengakrabkan diri dengan mereka.

Rupanya bukan hanya kawan-kawan YVCI saja yang nongkrong disini. Tetapi ada kawan-kawan dari BiTC (Bima Tiger Club). Kami pun akhirnya membaur bersama dengan mereka. Setelah hujan reda kami segera berpamitan kepada mereka. Aku lihat waktu sudah menunjukkan pukul 23.15 WITA. Kami lalu diantar oleh salah satu anak dari YVCI Bima dan BiTC menuju ke perbatasan kota.

Terima kasih atas semuanya brader, karena kami disambut dengan baik disini. Sesudah bersalaman, kami segera tancap gas. Karena kondisi jalanan yang sepi dan pertimbangan keamanan kami geber motor kami dengan kecepatan tinggi. Formasi ridingnya tetap bro Yuyut sebagai road leader, bro Manowar ditengah sedangkan aku kembali di posisi sweeper. Sebenarnya riding pas malam hari disini mantap banget, cuman kendalanya adalah kapasitas tangki dari Blekok bro Yuyut saja ditambah kurang kenalnya kita terhadap medan yang akan dilewati.

Tapi untung saja ada kendaraan roda 4 yang melaju lumayan kencang di depan kami. Tanpa pikir panjang kami akhirnya mengikuti saja dibelakang mobil itu. Selain pertimbangan keamanan, kita juga bisa memanfaatkan lampu penerangan dari mobil tersebut ketika membelah pekatnya hutan Sumbawa. Tapi ketika memasuki Dompu kami lepas dari mobil tersebut dikarenakan bro Yuyut salah mengikuti mobil hehehhehe. Ternyata mobil yang kami ikuti itu mobil lain dan mengarah ke dalam suatu perumahan gitu tersenyum lebar. Terpaksa kami harus memutar balik arah dan sesekali bertanya kepada penduduk setempat.

Sempat mutar-muter sekitar 20 menit, kami akhirnya ketemu dengan jalan utama menuju ke Sumbawa Besar. Karena kondisi bahan bakar bro Yuyut mulai menipis, kami memutuskan untuk berhenti dan sekalian istirahat di perempatan Desa Soriutu - Manggalewa. Baru keesokan paginya kita berangkat lagi. Aku lihat waktu sudah menunjukkan pukul  02.01 WITA (28/12). Rencananya malam ini kami akan tidur di dalam masjid yang kita gunakan sholat Jumat kemaren. Tapi apa mau dikata karena ternyata pintu gerbangnya dikunci. Tak ada akar, rotan pun jadi. Tak bisa tidur didalam masjid, tidur di emperan toko pun gak masalah.


Tak ada akar, mbambong pun jadi hehehehhe

Selamat tidur kawan

Kami akhirnya menggelar matras di depan emperan toko setelah sebelumnya minta ijin dulu kepada Polisi yang berada di pos jaga dekat toko tersebut hehehhehe. Karena dekat dengan Pos Polisi (faktor keamanan) semoga malam ini kami bisa tidur dengan nyenyak meskipun harus selalu waspada. Saatnya tidur dulu brader tidurtidurtidur.



Next : Eastpedition Indonesian Ride Part. 5 : Kembali Ke Lombok
Previous : Eastpedition Indonesian Ride Part. 3 : Menyeberang Ke Sumbawa

No comments:

Post a Comment