Tak terasa waktu sudah mendekati liburan akhir tahun lagi. Inilah saat yang aku tunggu-tunggu. Next trip kali ini aku berencana kembali touring ke bagian timur Indonesia. Kali ini tujuan utama kami adalah Goes to Komodo Island. Pesertanya 3 orang : Aku, bro Yuyut dan bro Manowar. Estimasi waktu yang kami miliki hanya 9 hari. Dari tgl. 25 Desember 2013 - 2 Januari 2014. Kalo menurut aku sih 9 hari itu waktu yang singkat banget , tapi bagaimanapun waktu yang singkat itu harus bisa kami maksimalkan.
Sedikit berbekal informasi dari mbah gogel, aku membuat coretan tentang perjalanan ini. Dari peta perjalanan, tujuan perjalanan, lokasi SPBU, alamat hotel, informasi kuliner daerah, informasi keberangkatan kapal dll. Mendekati hari-H peserta bertambah 2 orang personil yaitu bli Pasek dan bli Gede Badra. Mereka kebetulan rekan kerja aku dan bro Yuyut.
Tapi kedua orang temen kami itu hanya bareng sampai di Singaraja saja. Soalnya mereka itu akan mudik ke kampung halamannya di Singaraja. Sebenarnya dari awal hanya bli Gede Badra (baca : Badre) saja yang rencananya akan bareng sama kami tetapi ternyata bli (sebutan mas dalam bahasa bali) Pasek memutuskan ikut bareng juga dikarenakan macetnya akses jalan menuju kesana. Tepatnya sebelum memasuki kawasan pantai Pasir Putih. Kemacetan itu dikarenakan jembatan Mlandingan yang ambrol karena terkena derasnya arus sungai 4 hari sebelumnya.
Sebenarnya aku gak yakin apa bisa berangkat touring karena 4 hari sebelum hari-H aku tidak enak badan. Masuk angin dan maag sempat akan membuyarkan plan touring ini. Tapi alhamdulilah ketika hari-H badan sudah berangsur-angsur membaik sehingga touring ini akhirnya bisa terlaksana.
Kami janjian ketemuan di alun-alun Bangil. Bro Yuyut, bli Pasek dan bli Gede Badra berangkat dari Mojosari sedangkan aku dan bro Manowar berangkat dari Pandaan. Tepat jam 05.15 WIB aku dan bro Manowar akhirnya sampai di TKP. Sorry brow kami telat . Tak lupa sebelum berangkat aku set posisi oddometer pada angka nol.
Pagi ini cuaca sedikit mendung dan akhirnya apa yang kami takutkan terjadi juga. Akhirnya hujan mengguyur Bangil. Lumayan deras sih sehingga terpaksa kami harus berteduh dulu. Karena harus mengejar waktu, kami sepakat untuk memakai jas hujan saja dan tepat pukul 06.10 WIB kami akhirnya berangkat.
Sepanjang jalan hujan masih menemani perjalanan kami. Si merah maroon hanya kugeber dengan kecepatan sekitar 70-80 Kpj saja. Selain karena memang hawanya dingin dan masih hujan, kami juga harus mengimbangi kecepatan motor bro Yuyut . Maklum saja kecepatan maksimalnya hanya sekitar 80-90 Kpj saja hehhehehehe.
Kurang lebih 1 jam, hujan akhirnya reda juga. Tapi kami tetep belum mencopot jas hujan ini biar sekalian kering dulu hehhehehe. Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di SPBU Utama Raya Besuki. Letaknya kira-kira 3 Km sesudah PLTU Paiton. SPBU ini lumayan lengkap dan bersih. Ada ATM, Hotel, Restoran, Minimart dan beberapa fasilitas lainnya. SPBU ini pernah mendapatkan penghargaan sebagai SPBU dengan 80 Toilet, terlengkap dan terbersih di wilayah Malang - Banyuwangi pada tahun 2012 -2013.
Sebenarnya kami berhenti disini sekalian mau sarapan. Tapi karena pilihan menu makannya sedikit, jadi kami gak jadi makan hehehehhe. Hanya segelas kopi dan minuman ringan saja yang menemani istirahat kami. Setelah badan lumayan fit, kami lanjutkan lagi perjalanan. Sesudah Besuki atau tepatnya di jembatan desa. Mlandingan terjadi kemacetan yang lumayan panjang. Tapi kemacetan ini sudah menurun sih daripada hari sebelumnya.
Puncaknya adalah ketika hari Jumat kemaren. Bahkan kemacetan itu panjangnya sampai 10-13 Km. Kemacetan ini disebabkan karena ambrolnya jembatan Mlandingan yang tidak kuat menahan derasnya arus sungai. Kalo untuk Roda 2 tidak terlalu terasa sih dampaknya tapi untuk Roda 4 terutama kendaraan-kendaraan berat seperti truk atau bus terpaksa harus antri sampai berjam-jam.
Kondisi jembatan Mlandingan |
Lepas dari jembatan Mlandingan - Situbondo jalanan sudah lenggang. Kami geber kuda besi kami, tapi ujung-ujungnya kecepatannya gak lebih dari 90-100 Kpj saja. Memasuki kota Situbondo, perut ini sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Segera kami pinggirkan kuda besi kami pada salah satu warung kecil diseberang jalan. Beruntung banget buat ibu-ibu penjual warung itu karena dagangannya langsung ludes kita beli semua . Maklumnya dari pagi perut ini hanya disini secangkir kopi dan beberapa helai roti saja.
Meskipun menu masakannya hampir sama dengan masakan rumahan, tapi lumayan enak. Badan ini sudah lumayan fresh kembali, apalagi minumnya secangkir kopi panas. Mantap dah pokok'e. Aku lihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul 09.34 WIB. Berarti Bangil - Situbondo kami tempuh hanya dalam 3 jam saja setelah dipotong 30 menit waktu yang kita habiskan di SPBU Utama Raya tadi.
Setelah itu kami bergegas nge-gas kembali. Sepanjang perjalanan antara Situbondo-Ketapang tidak ada halangan yang berarti. Ketika memasuki kawasan pantai Watu Dodol kami berhenti sejenak. Sesudah puas bernarsis ria, kami segera menuju ke pelabuhan Ketapang. Mampir dulu di SPBU, Si merah maroon aku isi 100 ribu. Per liter pertamax kenak Rp. 11.650.-. Sedikit lebih mahal sih dibandingkan dengan harga di wilayah Sidoarjo & Surabaya. Tapi itu lebih murah lho kalo dibandingkan dengan harga pertamax di Bali, Lombok & Sumbawa. Jadi mumpung disini, sekalian aku isi full tank saja deh.
Dari SPBU kami mampir dulu ke Masjid didepan Pelabuhan Ketapang buat menunaikan sholat dhuhur dulu. Dan tepat pukul 12.06 WIB kami langsung menuju ke pelabuhan. Tarip penyeberangan Ketapang-Gilimanuk Rp. 19.000,-/sepeda. Penyeberangan menuju ke Bali lumayan padat, maklum saja karena ini bebarengan sama momen Natal dan Tahun baru. Bahkan terlihat beberapa rombongan bus pariwisata yang berasal dari Jakarta dan Lampung.
Setelah 1 jam penyeberangan, kapal kami akhirnya merapat di pelabuhan Gilimanuk. Sebelum keluar area pelabuhan, kami harus melewati dulu pemeriksaan kelengkapan kendaaran dan KTP. Oh, ya untuk kelengkapan kendaraan disini aturanya lumayan ketat. Buat para bikers yang kepengen memasuki Bali usahakan menggunakan knalpot orisinil (standart). Kalo membandel siap-siap saja anda kena tilang .
Perjalanan kali ini kami memutuskan via Singaraja. Awalnya sih kepengen tahu keindahaan pemandangan dari Singaraja-Tabanan. Tapi jam segini apa masih sempet ya ??. Belum lagi harus mampir dulu ke rumah bli Gede Badra dan bli Pasek. Ya sudahlah, daripada bingung, kami nikmati saja perjalanan ini.
Perjalanan menuju Singaraja dari Gilimanuk lumayan indah. Sepanjang jalan kita akan disuguhi oleh rimbunnya hutan di kawasan TN Bali Barat. Kami berhenti sebentar di Pura Pulaki Gerokgak - Buleleng, karena bli Gede Badra & bli Pasek akan bersembayang dulu disana. Mereka berdua adalah penganut agama Hindu. Jadi sambil menunggu mereka sembayang, kami manfaatkan waktu ini buat berfoto-foto. Lumayan bagus juga ya pemandangan di sekitar Pura ini.
Bli Gede & bli Pasek sedang bersembayang |
Pura Pulaki Gerokgak |
Ok, kembali lagi ke laptop. Setelah dari Pura Pulaki, kami bergegas menuju kediaman bli Gede Badra. Jaraknya sekitar 1,5 jam lagi. Aku langsung geber si merah maroon. Sebelum masuk ke kota Singaraja, kami melewati dulu daerah Seririt, Lovina baru Singaraja. Tapi kami tidak sampai ke Singaraja dikarenakan rumah bro Gede Badra berada di wilayah Kec. Sukasada Buleleng - Bali. Atau sekitar 30 menit sebelum Singaraja. Ketika memasuki Lovina, kuda besi mampir dulu ke salah satu lapak penjual ikan segar. Dan lapak itu adalah lapak ikan langganan bli Gede Badra. "Kita bakar ikan saja ya ?, soalnya dirumah tidak ada makanannya" kata bli Gede Badra. "Siip deh bli " kata kami berempat.
Ikan Cakalang |
Ikan Tompek aka Lemadang |
Nitip sepeda di tetangga bli Gede |
Ini baru rumah bli Gede |
Leyeh-leyeh |
Tak berapa lama akhirnya datang juga hehehhe, bon apetite brother. Menu sore ini : Ikan tompek bakar pake sambal bongkot & Es degan *maknyos*. Sambal khas olahan Bali memang pedasnya mantap brader. Sambal bongkot sendiri berbahan bongkot atau kecombrang. Bongkot itu dicampur dengan bawang merah, bawang putih, terasi, cabe rawit, gula, garam dan sedikit minyak kelapa.
Mantapppp |
Ikan tompek bakar + sambal bongkot |
Bon Apetite |
Tak terasa waktu sudah hampir malam, saatnya kembali melanjutkan perjalanan. Atas saran bli Gede Badra kami disuruh lewat jalan alternatif saja. Lebih cepat sekitar 1 jam katanya tetapi jalannya lumayan extrem karena gelap dan cenderung menanjak. Jadi dari rumah bli Gede (desa selat), kita tidak usah lewat Singaraja dan Gitgit dulu tetapi nanti akan langsung sampai di danau Buyan. Siip deh, matur suksma bli.
Next : Eastpedition Indonesian Ride Part. 2 : Lombok Destination
No comments:
Post a Comment