Keluyuran Ber3 @Jogja Part. 1 : Goes To Jogja Again (Via Tawangmangu)


Siaap berangkaaaat

Mengutip dari apa yang dikatakan oleh Albert Einstein bahwa "Hidup itu seperti mengendarai sepeda, agar tetap seimbang maka kita harus terus berjalan"Maka kebetulan pas moment long weekend 29 - 31 Maret (Hari Raya Nyepi) ini kembali kumanfaatkan untuk terus keluyuran bersama sahabat dengan menggunakan sepeda motor alias Touring. 

Tujuan kali ini adalah Goes to Jogja (again).  Dan untuk ketiga kalinya aku kembali ke Jogja, tapi kali ini aku pilih rute baru. Kami berangkat 3 orang, pas sesuai judul blognya kan : Keluyuran Bertiga. Tapi kali ini bro Agung "foo" tidak bisa ikut serta. Dikarenakan kesibukan dia mengurus buah hati keduanya yang baru lahir ke dunia hehehhehe. 

Jadi pesertanya : Aku sebagai rider si merah maroon, bro Arief "Lifo" sebagai boncenger's aku dan bro Manowar sebagai rider new vixion lightning. Sebenarnya rencana awalnya kami pergi bertujuh, tapi karena masing-masing temen kami punya kesibukan sendiri akhirnya tinggal kami bertiga aja yang pasti berangkat. Kebetulan ini yang pertama buat bro Arief dan Manowar touring ke Jogja, sekalian mau inreyen New Vixion Lighting bro Manowar. Maklum saja belum genap satu bulan dia beradaptasi ma sepedanya.


Rute keberangkatan via jalur tengah

Dan tepat pukul 05.30 WIB (molor setengah jam dari rencana) kami bertiga akhirnya berangkat. Start dari counter selular bro Manowar di perempatan Pandaan. Tak lupa aku reset pada oddometer pada posisi “NOL”. Cuaca pagi ini sedikit mendung, semoga saja dijalan nanti tidak turun hujan. Setelah semuanya siap, aku pacu kuda besiku melewati Kejapanan trus lanjut ke Mojosari lalu Mojokerto. Memasuki kota Mojosari cuaca lumayan dingin dan berkabut. Lepas dari Mojokerto, kami lanjutkan lagi perjalanan menuju Jombang, Brak'an lalu Kertosono. 


Sarapan dulu @warung Pecel Tumpang "Bu Reso"

Pecel Pincuk Tumpang

Bon Apetite 

Tepat Pukul 07.02 WIB kami sampai Kertosono. Disini kami memutuskan mencari warung dulu buat sarapan. Maklum saja perut kami hanya terisi segelas energen, milo dan secangkir kopi saja hehehhehe. Dan pemberhentian kami mengarah ke sebuah "Warung pecel tumpang Bu Reso" didekat stasiun Kertosono. Suasana warungnya lumayan ramai, meskipun suasana masih pagi. Menu kami adalah tentu saja nasi pecel tumpang Kediri. 

Yang unik adalah tempat penyajiannya karena nasi pecel disajikan bukan di piring melainkan di pincuk atau lebih dikenal dengan pecel pincuk. Yaitu selembar daun pisang yang dibentuk menyerupai kerucut dan di sunduk menggunakan biting (seperti tusuk gigi) buat pengikat agar ketika pincuk diangkat, isinya tidak tumpah. Untuk lauknya saya ambil 3 tusuk sate telur puyuh. Untuk yang tidak suka sate telur puyuh kita bisa memilih sate ayam, sate jeroan, sate bekicot, telor asin dll.



Selamat Datang di Kab. Madiun

Bro Arief  "Lifo"


Setelah perut sudah tidak keroncongan lagi, kami lanjutkan kembali perjalanan. Dari Kertosono, kami lanjut ke Nganjuk - Saradan lalu Caruban. Mampir sebentar di pom bensin Baron - Kertosono buat Re-fuel bbm. Kurogoh kocek sebesar Rp. 50.000,- buat  4,5 liter Pertamax. 

Dari Caruban aku ambil arah menuju ke Madiun dikarenakan kami akan mencoba lewat jalur tengah yaitu jalur Madiun - Magerta trus Tawangmangu lalu lanjut bablas menuju ke Wonogiri dan berakhir di Wonosari GK (Gunung Kidul). Lepas Caruban, aku sedikit bingung, maklum saja baru kali ini aku lewat jalur ini. Sebelum-sebelumnya kalo ke Jogja aku selalu lewat jalur utara atau jalur utama (jalur bus). Tapi untung saja bro Manowar sedikit hafal jalur menuju arah Madiun.

Tak berapa lama akhirnya kami sampai juga di Madiun. Dari Madiun langsung lanjut menuju Maospati dan Magetan. Dalam perjalanan kesana ada satu hal yang menarik perhatian aku dan bro Arief yaitu Lanud Iswahyudi di Kec. Maospati - Madiun. Baru pertama kali ini kami melewati daerah ini. Penasaran sama cerita temen-temen kalo di sini ada bandara udaranya. 

Meskipun hanya bandara skala kecil, tapi Lanud Iswayudi menyimpan cerita sendiri dalam perjalanan bangsa ini ketika meraih kemerdekaan. Sebenarnya pingin sekali sih berfoto di Lanud Iswayudi, tetapi karena kita tidak tahu di mana pintu masuknya, ya sudah langsung bablas saja menuju ke kota berikutnya yaitu Magetan. 

Jalanan Maospati - Magetan lumayan asyik, karena jalanan sudah mulai menanjak dan suhunya pun mulai lumayan dingin. Sueger banget rasanya apalagi setelah berpanas-panas ria dijalanan kota Madiun hehehehhehe. Kurang lebih 1 jam akhirnya kami sampai juga di Magetan. Kami sedikit kebingungan disini. 

Tapi untung saja, berkat bantuan navigasi GPS di smartphone bro Arief akhirnya kami bisa tahu kemana arah menuju Sarangan yang merupakan kota terakhir sebelum memasuki wilayah Propinsi Jawa Tengah. Jalur Magetan - Sarangan jalannya lebih menarik dari sebelumnya. Konstur jalan yang menanjak, cuaca yang dingin dan pemandangan sepanjang jalan yang terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Kali ini biarlah jepretan kami aja yang berbicara hehehhehehe


Berhenti sejenak melepas lelah

Duo Yamaha hehehehhehe

Narsis sejenak 

Telaga Wahyu




Setelah puas istirahat dan bernarsis ria, kembali kami geber kuda besi masing-masing. Kecepatan maksimal kuda besi kami sekitar 40 Kpj saja. Hanya gigi 1-2 dan sesekali masuk ke gigi 3. Diperlukan skill dan taktik yang mumpuni buat melewati jalanan ini hehehehehe apalagi kalo motor yang kita pakai motor matik. Sesudah melewati pertigaan menuju ke arah Telaga Sarangan, kurang lebih 3 - 4 km kami menjumpai sebuah pertigaan lagi. 

Disini kami sedikit bingung, dan harus ambil jalan yang mana karena tidak ada petunjuk arahnya. Untung saja ada mas-mas yang sedang bercocok tanam di ladang, kami bertanya kepada mereka kemana arah menuju Tawangmangu. Setelah dapat info, mereka mengatakan kedua-duanya bisa. Cuman yang satu jalan lama dan yang satu lagi jalan baru. 

Setelah berkoordinasi sebentar kita putuskan lewat jalan baru saja. Soalnya kalo lewat jalan baru : jarak yang ditempuh lebih pendek dan cepat, jalannya juga sudah lumayan lebar dan bagus serta tanjakannya juga tidak terlalu extrem. Beda kalo kita lewat jalan lama : jarak yang ditempuh lebih lama, jalannya cenderung sempit dan kurang bagus serta tanjakan dan turunannya lumayan tajam. 

Tapi satu hal yang perlu diperhatikan ketika melewati jalan baru adalah kewaspadaan. Karena daerah ini adalah rawan longsor apalagi ketika musim hujan tiba. Dikarenakan pembangunan jalan ini dilakukan dengan membelah bukit dikawasan gunung Lawu. Sehingga masih terlihat banyak batu-batu besar yang mengantung disisi jalan yang sewaktu-waktu bisa longsor dan membahayakan para pengguna jalan.




Daerah rawan longsor

Awaaass...........

Sisi Jalan yang rawan longsor 



Sisi jalan baru pas di belokan 

Setelah menyusuri jalan baru sekitar 15 km, dan tepat pukul 10.15 WIB (Waktu Indonesia Bagian Biker) akhirnya kami sampai juga kami di perbatasan Propinsi Jawa Timur - Jawa Tengah hehehhehehee.



Lokasi :
Warung Pecel - Tumpang "Bu Reso"
Jln. Achmad Yani No. 24 
Kertosono - Nganjuk
(0358) 551388



Estimasi Biaya :
  •  Makan pagi @Warung pecel - tumpang "Bu Reso" -  Rp. 24.000,-
  •  Beli Pertamax @Pombensin Baron - Kertosono - Rp. 50.000,-

Next : Keluyuran Ber3 @Jojga Part 2 : Menyusuri Jalur Tengah

No comments:

Post a Comment