Keluyuran Ber3 @Jogja Part. 2 : Menyusuri Jalur Tengah


Narsis @perbatasan 

"Selamat Datang di Kabupaten Karanganyar".  Kata itulah yang menyambut ketika kuda besi kami melewati garis batas antara Prov. Jawa Timur - Prov. Jawa Tengah. Tak lupa aku abadikan moment ini, karena bagi seorang moto traveler atau biker berfoto bersama si motor di tugu/gapura perbatasan wilayah adalah hal yang sakral hehehehehhe. Dan moment ini terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Tapi yang sangat disayangkan adalah adanya coretan-coretan yang gak jelas dan tentu saja akan mengakibatkan hilangnya nilai seni dari gapura tersebut. Setelah puas berfoto di gapura perbatasan, kami segera menyusul bro Manowar karena dia tidak tahu kalo kami berhenti di gapura perbatasan sebentar guna bernarsis ria.

Gunung Lawu brow 



Warung @Karanganyar

Wah, ternyata bro Manowar menunggu kami tepat didepan pintu masuk wana wisata Gunung Lawu. Tanpa pikir panjang, motor segera kami arahkan pas didepan gapura pintu masuk tersebut. "ayo bhe, jepret lagi kami - kami ini hehehehehheehe" kataku pada bro Arief diseberang jalan sana. Jepreet.......jepreeet. "gantian bhe' kataku pada bro Arief. Setelah semua titik spot sudah terbidik kamera semua, kami lanjut lagi menuju ke Cemoro Sewu.

Di sepanjang jalan menuju kesana banyak terdapat pedagang cilok dan kopi. Sebenarnya aku pengen sih berhenti sebentar buat menikmati cilok dan nyruput kopi sambil memandang indahnya alam  gunung Lawu tapi waktu yang mepet memaksa kami untuk harus terus melanjutkan perjalanan.Setelah Cemoro Sewu, kami akhirnya memasuki Tawangmangu.

Disini sebetulnya ada air terjun yang indah, Grojokan Sewu namanya. Tapi lagi-lagi kami terkendala waktu hehehheehe, soalnya kami berencana dini hari nanti meneruskan perjalanan ke Dataran Tinggi Dieng seperti rencana awal kami. Dan rencananya akan beristirahat dulu ditempat temen kami bro Nawa didaerah Wonosari GK (Gunung Kidul).


Pusat Penelitian Tanaman @Tawangmangu

Pemandangan di sepanjang jalan

Sudut kota Tawangmangu

Sempat berhenti sebentar di pusat kota Tawangmangu dan membidik spot-spot kota, kami geber lagi si kuda besi menuju kota berikutnya yaitu Karanganyar. Kurang lebih 45 menit akhirnya kami sampai disana. Dari Karanganyar kami langsung mencari arah menuju ke Wonogiri sesuai rute di peta yang telah kami plan sebelumnya. Untung saja tak berapa lama ada penunjuk jalan menuju ke arah Wonogiri.

Langsung aja kami ikuti jalan tersebut. Tetapi makin lama kok jalannya makin kecil ya ?? dan cenderung seperti jalan alternatif gitu. Kami sempet beberapa kali tanya ke penduduk lokal guna memastikan arah yang kami ambil itu benar. Tapi untungnya arah kami benar pemirsa hehehehhe.

Meskipun semacam jalan alternatif tapi penunjuk arahnya lumayan lengkap juga lho. Sekarang yang jadi masalah kami berikutnya adalah menemukan lokasi masjid, soalnya sepanjang jalan dari Karanganyar tadi kok susah banget menemukan masjid ya disepanjang jalan ? padahal ini kan hari Jumat serta sekarang jam sudah menunjukkan pukul 11.55 WIB. Jangankan masjid, ketemu orang yang mau berangkat ke masjid aja kita jarang ketemu  *geleng-gelengkepala* hehhehehehe ???. 

Akhirnya kami keluarkan lagi jurus andalan kami, yaitu jurus bertanya hahahhahaha. Untungnya didepan ada ibu-ibu yang sedang duduk-duduk ma anaknya, bro Manowar lah yang berkesempatan mengeluarkan jurusnya. Kayaknya jurusnya berhasil, ibu-ibu itu mengatakan ada masjid dekat dari sini. Kira-kira 200 meter, Alhamdulilah. Kami langsung tancap gas menuju kesana, tapi begitu sampai disana kok suasananya sepi ya. Kagak kedengaran suara adzannya.

Untuk memastikan kami pun langsung masuk ke area masjid. Lagi-lagi kami dibuat bingung karena masjidnya kosong alias tidak ada orang dan pintunya juga dikunci. Waduh, ini beneran masjid ya ????. Ya sudah, kami langsung cabut aja dan meneruskan perjalanan. Siapa tahu entar ketemu masjid disepanjang jalan yang kami lalui.

Memasuki daerah Jumapolo rupanya keberuntungan berpihak kepada kami. Kami berpapasan dengan bapak dan anaknya yang mengendarai sepeda motor dengan memakai sarung dan kopiah. Sepertinya mau ke masjid nih, tanpa pikir panjang kami ikuti aja bapak itu. Tapi karena kelamaan, bapak itu sudah tidak kelihatan. Ya sudah kita tanya aja pada mas-mas dibengkel itu. Rupanya masjid itu berada dibelakang bengkelnya. Mungkin sekitar  200-300 meter dari sini.


Masjid Baitus Salam, Jumapolo

Pelataran masjid

Akhirnya ketemu juga masjidnya, Alhamdulilah. Tapi begitu sampai disana suasananya kok sepi ya ? hanya terlihat beberapa orang saja padahal jam sudah menunjukkan pukul 12.10 WIB Lho. Beda banget sama masjid - masjid didaerah kami yang selalu ramai ketika waktu sholat Jumat tiba. Kami segera mencopot atribut bikers dan leyeh-leyeh sebentar sambil menunggu sang muadzin datang. Lho kok ? iya, unik banget ya hehehehehe, ternyata meskipun sudah menunjukkan pukul 12.10 WIB ternyata muadzinnya belum datang. Selang berapa lama, akhirnya suara adzan berkumandang di masjid ini.

Masjid ini bernama masjid Baitussalam, terletak di Dsn. Tanjung, Ds. Jatirejo, Kec. Jumapolo  Propinsi Jawa Tengah. Sebuah nama daerah yang masih asing buat kami bertiga tentunya hehehehehe. Yang unik lagi, sang khotib menggunakan bahasa kromo inggil. Meskipun kami orang Jawa, tapi kalo untuk berbicara menggunakan kromo inggil kami jarang. Tapi setidaknya kami sedikit mengerti apa yang dikatakan oleh sang khotib itu, meskipun kadang ada satu atau dua kata yang nyangkut juga hehehhe.

Tepat pukul 12.32 WIB, selesai juga kami menunaikan kewajiban Sholat Jumat. Mungkin sekedar tips buat biker-biker muslim yang kebetulan  saja melewati daerah ini agar usahakan menunaikan sholat di masjid kecamatan atau di masjid yang pertama kita jumpai dijalan saja apalagi ketika akan menunaikan ibadah sholat Jumat. 

Soalnya mencari masjid disini gampang-gampang susah brow, beda banget kalo kita di berada di Jawa Timur. Kalaupun ketemu kadang dikunci (tidak ada aktifitas) atau sedikit sekali jamaahnya #LOL. Takutnya kalo ke masjidnya ditunda-tunda entar malah gak ketemu-ketemu atau terlanjur waktunya habis. Ujung-ujungnya absen deh sholat Jumatnya hehehhehe. 

Setelah Sholat Jumat kami langsung beranjak menuju next destination, yaitu Wonogiri. Jalan yang kami lalui adalah jalan kampung (alternatif), jadi kuda besi kami hanya berjalan sekitar 60-70 kpj saja. Meskipun jalannya sepi tapi kondisinya kurang enak kalo dibuat kencang. Disudut jalan masih ditemui lubang-lubang jalan yang menganga, selain itu jalanan yang sedikit bergelombang juga menyulitkan kami untuk melewatinya. Sepanjang jalan kami disuguhi pemandangan rimbunnya hutan jati yang ditanam warga. Kebanyakan warga disini memang menanam pohon jati soalnya kondisi tanahnya yang kering dan tandus.

Setelah menyusuri kawasan hutan jati, kami akhirnya sampai juga di suatu jalan besar. Tapi kami tidak tahu kemanakan arah jalan besar itu. Berhenti sebentar buat update lokasi dan liat GPS. Ternyata posisi kami sudah ada daerah Ngadirejo, tepatnya di jalan Raya Wonogiri -  Ponorogo km brapa ya ????. lupa aku hehehhehe. Merasa kurang yakin arah kami benar, kami menanyakan bapak ibu-ibu yang kebetulan mau menghadiri sebuah acara pengajian. 

Ternyata feeling kami benar lagi, memang feeling biker tidak pernah salah hehehehehhe *sokpede*. Mampir sebentar disalah satu pom bensin buat Re-fuel lagi. Kali ini uang 70.000,- kugelontorkan buat minum si  merah maroon. Per liter kenak Rp. 10.800,- lebih murah 100 daripada di tempat aku (Pandaan). Sengaja isi bbm lebih banyak soalnya takut kalo gak ketemu pombensin yang ada pertamaxnya. Daripada kehabisan dijalan, mending sedia payung aja sebelum hujan oyi.


Nge-pom dulu 

Setelah tangki si merah maroon lumayan berisi, kami tancap lagi menuju Wonogiri. Jarak Wonogiri dari sini (pom bensin) sekitar 7 km lagi. Memasuki kota Wonogiri, kami langsung mencari arah menuju ke Pracimantoro. Mampir sebentar disalahsatu mini mart buat re-fuel hehehehhe, setelah tadi motornya yang dire-fuel  kini giliran bikersnya donk.



Istirahat doeloe


Dalam perjalanan dari Wonogiri – Pracimantoro kami nantinya akan melewati salah satu waduk yang lumayan besar di Indonesia yaitu Waduk Gajah Mungkur. Kondisi cuaca lumayan gelap dan sedikit gerimis, tapi kami putuskan tidak menggunakan jas hujan dulu. Kondisi jalan menuju kesana lumayan lebih baik dari jalan yang kita lewati derah Jumapolo tadi. Tetap 2 jalur saja dan kadang masih ditemukan permukaan jalan yang bergelombang. Karena perut terasa keroncongan kami berencana mencari makan didaerah sekitaran waduk biar bisa makan sambil menikmati pemandangan indahnya waduk.  

Setelah muter-muter, akhirnya ketemu juga spot tempat yang akan kami gunakan buat makan siang. Pilihan kami jatuh di Warung Makan Lesehan “Manunggal” di daerah teluk Cakaran, Waduk Gajah Mungkur. Kami pesan 3 porsi ikan nila bakar plus 3 gelas kopi tentunya. Pas lagi makan kondisi waduk lagi hujan, Maknyoos tenan rasanya. Bon Apetit brothers *yumi*,…………


Waduk Gajah Mungkur

Bro Arief is in the warung hehehehe

Menanti pemadam kelaparan

Warung Terapung @Waduk Gajah Mungkur

Siap untuk disantap *yumi*

Rumah makan ikan bakar

View from under

Habis kenyang trus  lanjuuuut....

Alhamdulilah, kenyang juga rasanya. Setelah hujan lumayan reda, kami lanjutkan lagi perjalanan. Sebenarnya masih gerimis sih tapi kami putuskan tidak memakai jas hujan dulu, nanggung. Kondisi jalan lumayan masih terlihat basah dan sesekali terlihat sepeda didepan kami kena jebakan batman karena itu kami harus berhati-hati.

Setelah berjalan kurang lebih 30 menit, hujan mulai lumayan deres. Kami berhenti dulu buat berteduh, karena kalo kami paksakan jalan lama-lama bisa basah kuyup juga nih hehehehhe. Sebenarnya kami ada sih jas hujan, cuman malas aja pakainya. Kami akan pakai kalo bener-bener terpaksa aja hehehhehe. Setelah dirasa hujan mulai reda, kami lanjut lagi.

Selang 45 menit kemudian atau tepat pukul 16.50 WIB akhirnya kami sampai juga di Pracimantoro atau lebih dikenal dengan sebutan Praci saja. Rencana awalnya, kami akan langsung ke kawasan pantai di GK (Gunung Kidul) tapi berhubung langit mulai gelap dan kondisi cuaca juga masih gerimis, akhirnya kami putuskan langsung aja ke Wonosari. Entar disana di plan ulang destination kita berikutnya. Soalnya kalo kita paksakan ke pantai, ujung-ujungnya gak dapat juga moment sunsetnya. Karena langit makin gelap dan cuaca juga sedang tidak bersahabat.

Jalur Praci - Wonosari jalan tetap 2 jalur, masih sedikit bergelombang sih. Tapi begitu mau masuk ke GK, wow ternyata jalannya sudah beda banget. Tetep 2 jalur sih tetapi sudah lebih lebar dan puncaknya ketika sudah masuk di wilayah Propinsi DIY tepatnya Kab. Gunung Kidul. Bisa dibilang jalannya "sesuatu banget". Aspalnya sudah hotmix gitu serta  garis jalannya juga masih kinclong man. Tak kusangka meskipun Kab. GK daerah kering dan tandus tapi ternyata memiliki jalan yang bisa dibilang "WOW" hehehehehehe.

Mungkin ini salah satu strategi pariwisata buat DIY, soalnya kebanyakan wisata pantai dan gua kan terletak di Kab. GK ini. Jadi untuk menarik minat para wisatawan, maka harus dibuatkan akses jalan yang mumpuni. Mantap !!.


Jalanan GK "sesuatu banget" 

Gas pol hehehehhe

Akhirnya sampai juga di Wonosari *menghelanafas*. Aku lihat jam menunjukkan pukul 17.35 WIB. Karena tidak tahu tempatnya, kami janjian sama bro Nawa di alun-alun Wonosari, tak berapa lama akhirnya datang juga. Kami segera diajak ke tokonya sekalian istirahat dulu aja disana. Odometer aku lihat menunjukkan angka 62105. Start (Pandaan 05.30 WIB ) 617202 - 62105 Finish (Wonosari-GK 17.35 WIB). Total jaraknya adalah 555.097 km dan ditempuh dalam waktu 11 jam. Mantap !!!!.


@bro Nawa Shop hehehehhehe

Lokasi :

Warung Makan Lesehan “Manunggal”
Teluk Cakaran Sendang - Waduk Gajah Mungkur
Wonogiri - Jawa Tengah
HP : 081.320.201.241 / 081.329.516.947



Estimasi Biaya :
  •  Beli Pertamax @Pombensin Wonogiri - Jateng - Rp. 70.000,-
  • Makan siang @Warung makan lesehan "Manunggal"  - Rp. 84.500,-

Next : Keluyuran Ber3 @Jogja Part. 3 : Embung Buah Nglanggeran GK
Previous : Keluyuran Ber3 @Jogja Part. 1 : Goes To Jogja Again (Via Tawangmangu)



                              

No comments:

Post a Comment