Bromo, Oktober 96 - part 1

Bromo ....


sumpah penasaran banget pengen ke sana....akhirnya setelah ngobrol-ngobrol sama komplotan gank, akhirnya kami merencanakan kemping ke Bromo .......yaiiitts.....horeee ...wah excite banget ... maklum waktu itu masih ababil alias abege labil he he he jiwa petualang masih membara. Saat itu kami kelas 3 SMA, tentu saja kami berusaha agar sekolah kami tidak tergangu kegiatan acara kami.

Rencana sudah disusun sedemikian bagusnya, namun ada keadaan diluar rencana kami, yaitu 2 ekor orang anggota kami diikutkan dalam acara ponpes kilat di Pasuruan sehingga satu diantaranya tidak dapat ikut ke Bromo. Ditunjuknya 2 rekan kami itu hampir mengacaukan rencana kami, demi pertimbangan kekompakan akhirnya kami memutuskan untuk menunda acara ke Bromo, sehingga rencana berubah dari yang semula direncanakan tanggal 22 oktober 1996 menjadi 24 oktober 1996.

Komunikasi waktu itu tidak semudah saat ini, terus terang saja ini merupakan kendala bagi kami dalam mematangkan rencana, bagaimanpun juga ...the show must go on .... begitu kata orang-orang he he he

Pandaan, 21 oktober 1996
Kami dapat informasi dari rekan kami yang lain klo pasak untuk tenda belom didapat. akhirnya kami bertiga, saya, kewut dan opik sukarela mencari pasak buat tenda, demi terlaksananya rencana kami.

Pandaan, 22 oktober 1996
Beberapa perlengkapan seperti tenda, tas, tape compo mulai ditransfer ke rumah saya, sebagai informasi kami sepakat menjadikannya sebagai rendevus dan starting point.

Pandaan, 23 oktober 1996
11.00 wib
kami bertiga berbelanja sedikit bekal dan sorenya dilanjut mencari tongkat.

Hari ini seharusnya kami berkumpul di starting point (rumah saya).
20.00 wib

hampir seluruh personil hadir kecuali seorang yaitu udin. Akhirnya kami memutuskan untuk menjemputnya di rumahnya di Kejapanan.
Setelah mempersiapkan beberapa hal kamipun istirahat mencharge tenaga buat esok.   oyasuminasai ...............

teng teng teng .......
Pandaan, 24 oktober 1996
05.30 wib
kami berangkat dari starting point.
Dari Pandaan kami naik angkutan umum (mobil bison) ke Purwodadi waktu itu tarifnya Rp.600,- dari Purwodadi ganti angkutan ke Nongkojajar dengan tarif (waktu itu) Rp. 750,- turun di Pasar Nongkojajar (Desa Wonosari) kemudian kita mencarter angkutan umum dengan tarif Rp. 20.000,- (1 mobil 10 orang) dan kita berhenti di desa Ngawu, dari Ngawu kita melanjutkan dengan jalan kaki memotong jalur dengan menggunakan jalur setapak yang biasa dilalui penduduk untuk ke ladang, di sini kebanyakan ladangnya ditanami sayur mayur ...

Udara yang segar dan panorama yang indah menjadikan sajian yang nikmat buat kami. Sambil sesekali kami menyapa penduduk yang lewat dan menanyakan apa masih jauh ke Bromo. Rata-rata mereka cukup ramah dan jawaban rata-rata yang kami terima adalah "sudah dekat sebentar lagi nyampai" ... namun berjalan berjam-jam ternyata belom nyampe juga. 

ha ha ha...... ternyata "dekat" bagi mereka itu beda dengan "dekat" bagi kami ....


Beberapa saat kadang sesekali kami beristirahat sambil mengabadikan pemandangan dan suasananya dalam hati dan pikiran kami. Kebersamaannyalah bagi kami yang membuatnya semakin menyenangkan. 

Hingga akhirnya siang hari kami sudah tiba di segoro wedi (lautan pasir). Di bawah pohon perdu yang rindang kami berteduh dari sengatan matahari, meski udara cukup sejuk waktu itu tapi sengatan sinar matahari masih terasa cukup menyengat.

Sambil rehat ada yang menikmati pemandangan, ada yang bermain kartu, ada yang makan bahkan ada yang poop juga ;)) . Setelah sore kami melanjutkan perjalanan. dan masih di sekitaran lautan pasir kami membangun tenda, di tempat yang kami anggap cukup strategis. Kami membagi tugas, ada yang mendirikan tenda, ada yang masak mie, ada juga yang belanja di Cemoro Lawang (Probolinggo). Sebagai informasi wilayah pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini meliputi 4 kabupaten, yaitu Pasuruan, Probolinggo, Malang, dan Lumajang.

Malam menjelang, sebagian dari kami ada yang tidur ada yang berjaga (giliran). Menjelang tengah malam kami bangun dan buat wedang kopi. 

Bromo, 25 oktober 1996
00.00 wib kami mulai menyalakan api unggun, diiringi musik dan kopi kami menikmati malam.
Bercanda, bercengkrama bersama teman-teman baikku hmm...... sampai saat ini memori itu masih menjadi harta karun dalam benakku. 

02.15 wib kami benahi tenda kami, beresin barang-barang dan kemudian berangkat k puncak Gunung Bromo untuk melihat matahari terbit. Namun sayang sekali keadaan langit mendung saat itu, sehingga matahari terbit yang kami idamkan tuk dilihat tidak kami dapatkan.

Di puncak Bromo kami bertemu dengan wisatawan lainnya baik lokal maupun manca negara, ada dari Cina, juga Belanda, kami sempat berbincang-bincang dengan turis dari Belanda. Bedanya turis lokal dan manca negara yg terlihat jelas tuh dari pakainnya, klo turis lokal pakainnya maksimal sedang turis manca negara pakaiannya minimal .. ... kita kedinginan pake jaket syal dan segala atribut tp mereka kok ya cuman pake kolor ama kaos doank ...ckckkckck.

Setelah acara melihat sunrise yang ga kesampaian (sampai di puncak tp mataharinya malu-malu) kami berjalan menuju Cemoro Lawang dan sesekali beristirahat sambil mencari bunga edelwais. Cemoro Lawang ini merupakan gerbang ke Gunung Bromo dari rute Probolingo dan memang Cemoro Lawang masuk dalam wilayah Probolinggo.

Di sini ada beberapa toko yang menjual oleh-oleh seperti syal rajutan bertuliskan Bromo dll. Waktu itu yang saya beli adalah syal Bromo warna ungu dengan harga Rp. 10.000,- tp klo sekarang mungkin dah berkali lipat tuh harganya.

Puas istirahat dan beli oleh-oleh selanjutnya kami memulai berjalan menuju Penanjakan. Maksud hati biar cepat sampai, akhirnya kami berusaha potong kompas...namun,....yaelah.... malah nyasar-nyasar dan nemuin medan yang susah banget..... dan akhirnya mau ga mau ya musti jalur awal yaitu jalur yang sebenarnya.

Sebelum melakukan potong kompas kami sempat bertemu turis jepang dia berkelana sendirian dan satu jalur sama kami namun dia jalannya lebih cepat tanpa bawaan yang banyak, dan ketika mendekati Puncak Penanjakan kami bertemu dia lagi, dia menyapa kami dan memberitahukan klo kami sudah dekat jalan raya meski sempat mis komunikasi kami berhasil menangkap maksudnya.

Sesekali kami berhenti beristirahat sambil menikmati hawa dingin dan indahnya panorama bromo. Selesai istirahat kamu meneruskan perjalanan namun jalan beraspal yang kami lalui ternyata tidak sampai puncak, kami harus melalui jalan setapak untuk mencapai puncak, ditambah lagi kabut yang datang dengan cepat waktu itu membuat kami tergesa untuk segera mencapai Penanjakan...

.....
bersambung...

No comments:

Post a Comment