Keluyuran Ber3@Jogja Part. 10 : Menyusuri Jalur Baru (End Of Jogja Journey)


Jalur Pulang via Selatan 

Untuk perjalanan pulang kami berencana lewat sebuah jalur baru yaitu jalur yang tidak ada dalam benak dan plan kami sebelumnya. Awalnya sih kepengen lewat jalur yang biasa kita lewati saja yaitu Gunung Kidul - Jogja - Solo - Sragen - Mantingan - Ngawi - Caruban - Nganjuk - Kertosono - Jombang - Mojokerto - Pandaan. Tapi setelah berunding sebentar akhirnya kami bertiga sepakat akan lewati jalur lain saja yaitu Jalur Lintas Selatan (JLS) : Gunung Kidul - Pracimantoro - Pacitan - Trenggalek - Tulungagung - Kediri - Jombang - Mojokerto - Pandaan.

Start dari Pantai Jogan Kec. Tepus Kab. Gunung Kidul (GK) pada pukul 15.20 WIB  kami segera memacu kendaraan menuju ke arah Pracimantoro (Praci). Kondisi lalu lintas menuju Praci lumayan lenggang karena memang jalur yang kami lewati ini adalah semacam jalan trabasan gitu. Dalam perjalanan kami melewati kawasan hutan jati dan ladang palawija penduduk. Meskipun lumayan lenggang kami hanya memacu si kuda besi sekitar 65-75 Kpj saja. biar lebih safety dan sekaligus sambil menghapal jalan. Siapa tahu kapan-kapan kita lewat jalan ini lagi ?? hehehhehehe.





Nge-pom @Pracimantoro



Tepat pukul 15.56 WIB kami sampai di Pracimantoro. Mampir dulu ke pombensin buat isi bbm dan sekaligus menunaikan ibadah sholat ashar dulu. Aku lihat oddometer si merah maroon menunjukkan angka 62386 dari sebelumnya 62290 artinya Palian (rumah brow Nawa) - Pracimantoro jaraknya 96 Km. Setelah si merah maroon dan NVL bro manowar terisi penuh kami kemudian melanjutkan lagi perjalanan.

Untuk memastikan arah yang akan kami lewati benar, kami bertanya kepada penduduk setempat. Mereka mengatakan kalo jalur yang akan kami lewati sudah benar dan mereka menyarankan agar kami ambil jalur Giritontro - Punung tanpa lewat Giriwoyo saja. Itu lebih dekat dan cepat daripada Giritontro - Punung lewat Giriwoyo. Tapi jalannya menanjak karena kita akan melewati jalan yang membelah gunung dan perbukitan gitu. Ditambah lagi kondisi jalan yang rusak dibeberapa bagian jalan.

Ok deh, siiipp. Kami kemudian nge-gas kembali. Memang benar, kondisi jalannya lumayan rusak dan menanjak. Kondisi jalan seperti ini kira-kira sepanjang 15 Km. Tapi begitu memasuki wilayah perbatasan Jawa Tengah - Jawa Timur jalannya sudah mulai membaik. Jalan sudah 4 jalur dan lumayan mulus meskipun dibeberapa titik ada perbaikan jalan. Kelihatannya jalan ini sih masih dalam proses perbaikan dan pelebaran, ini terlihat dari lapisan aspal jalan yang sedikit berpasir disisi kanan-kirinya. Ketika riding sekitar 5-6 Km kami melihat ada papan nama besar disebelah jalan yang bertuliskan "Pantai Klayar 10 Km".

Wah, ternyata jalur yang kita lewati ini salah satu akses menuju ke Pantai Klayar. Sebuah pantai fenomenal dan menjadi obyek wisata yang wajib dikunjungi ketika jalan-jalan ke Pacitan. Tapi kami tidak bisa mampir kesana dikarenakan kondisi hari sudah mulai gelap. Jadi kami harus tetap tancap gas dengan target sampai di Pacitan ketika waktu sholat Magrib. 

Begitu sampai jalan utama Pacitan - Solo hari sudah gelap. Kami segera mempercepat laju si kuda besi. Dan pada pukul 17.53 WIB akhirnya kami sampai juga di Pacitan. Kami kemudian memutuskan istirahat dulu di mini market yang berada di sebelah alun-alun. Sekedar beli snack & minuman sekaligus merundingkan jalur mana yang akan kita ambil selanjutnya. Karena kondisi hape sedang lowbat, terpaksa kami keluarkan jurus pamungkas yaitu peta mudik hahahahhaha yang sengaja kami bawa buat antisipasi ketika kondisi hape seperti ini hehhehehehe.

Terpaksa kembali ke peta manual hehehehhe 

Setelah berunding sekitar 15 menit, kami memutuskan lewat jalur Pacitan - Trenggalek via Ponorogo saja daripada lewat jalur Pacitan - Trenggalek via Panggul. Pertama : kondisi hari sekarang sudah malam dan yang kedua adalah kami tidak mengenal betul kondisi dan karakter jalan yang akan kami lalui.

Sebenarnya sih untuk jalur Pacitan - Trenggalek via Ponorogo kami juga tidak mengenal betul kondisi jalan dan daerahnya tetapi kami berpatokan pada peta bahwa garis pada jalur Pacitan - Trenggalek via Ponorogo tercetak lebih tebal daripada jalur Pacitan -  Trenggalek via Panggul. Itu artinya jalur Pacitan - Trenggalek via Ponorogo itu jalur utama (bus) dan biasanya lebih ramai.

Setelah jalur sudah fix, kami segera berangkat. Saat riding di dalam kota kondisi lalu lintasnya masih lumayan ramai tetapi begitu lepas dari kota makin lama kok makin sepi ya ? padahal saat itu waktu masih menunjukkan pukul 18.45 WIB. Apakah karena habis diguyur hujan ya ? sehingga orang pada malas keluar rumah. Bahkan bus/angkutan umum jurusan Pacitan - Ponorogo - Trenggalek pun jarang terlihat padahal ini kan jalur utama menuju Ponorogo dan Trenggalek !!!. 

Ah sudahlah, lanjut nge-gas lagi saja. Ketika melewati jalur Arjosari - Tegalombo kondisi lali lintasnya semakin sepi dan minim penerangan. Sesekali hanya terlihat penduduk lokal yang berpapasan dengan kami. Itupun mereka hanya pakai motor saja. Kondisi ini juga diperparah dengan marka jalan yang hampir tidak terlihat. Plus kondisi jalan yang agak licin karena habis diguyur hujan. 2x kami hampir terjebak tanah longsor yang seakan-akan nongol didepan kami dan hampir saja membuat kami celaka karena longsoran berada pada sisi jalan yang kami lewati. 

Setelah kejadian itu kami semakin hati-hati ketika riding. Laju sikuda besi kami turunkan sekitar 30-40 Kpj saja. Gpp wes, biar lambat asal selamat. Safety first brow. Seminggu setelah kami melewati jalur ini ada kabar buruk karena salah satu jembatan yang kami lewati itu roboh karena tidak kuat menahan derasnya arus sungai dibawahnya. Karena ini jalur utama menuju ke Ponorogo dan Trenggalek maka dapat dipastikan kemacetan kala itu merajalela. Jalur Pacitan - Ponorogo memang jalur yang rawan longsor ketika musim hujan tiba. Kondisi ini semakin diperparah dengan jalan yang sempit, licin dan minim penerangan. 

Memasuki daerah Slaung bro Monawar memberi kode untuk beristirahat dulu. Ok deh brow, akhirnya motor kami arahkan ke salah satu warung kopi terdekat. 3 gelas kopi susu dan beberapa gorengan menemani kami malam ini. Mumpung disini, sekalian kita numpang nge-cas hape & power bank pada si empunya warung. 

Iseng-iseng ngobrol ma ibu si empunya warung, ternyata dia pernah kerja di Sepanjang - Sidoarjo. Sepanjang sendiri jaraknya sekitar 40 Km dari Pandaan.  Beliau lalu menanyakan tujuan kami. Ibu itu kemudian memberi saran agar kita lewat jalan bypass (trabas) saja. Nanti sebelum masuk Jetis - Ponorogo ada pertigaan dan ambil arah ke kanan saja. Jadi tidak usah masuk ke dalam kota Jetis. Menurut dia jalur itu lebih cepat sekitar 1 jam.  Sipp deh terima kasih bu. Karena keasyikan ngobrol, tidak terasa waktu ternyata sudah menunjukkan pukul 20.15 WIB. Ok, saatnya berangkat lagi brow.

Lagi-lagi kami mendapatkan petunjuk berharga selama touring. Kamipun kemudian segera berangkat. Sekitar 1 jam kemudian kami akhirnya sampai juga di pertigaan yang dimaksud ibu tadi. Untuk memastikan arah yang kami ambil benar kami kemudian bertanya pada penduduk setempat. Seperti apa kata pepatah "Lebih baik bertanya daripada sesat dijalan". Pepatah itu kami sering praktekan setiap kami melakukan touring. Kata mas-mas itu, arah kami benar. Jalan yang kami lalui lumayan sepi dan kondisi jalannya agak bergelombang. 15 menit kemudian kami akhirnya sampai di jalan raya Ponorogo - Trenggalek. 

Setelah itu si merah maroon aku geber sampai 90 Kpj. Mendekati kawasan Tugu laju motor kami turunkan karena cuaca sedikit mendung dan dititik tertentu mulai gerimis. Disini kami kembali melewati kawasan hutan gitu. Jalannya berkelak-kelok mirip dengan jalur Malang - Blitar via Karangkates. Saat melewati jalur ini mata rasanya lumayan berat banget sampai-sampai laju motor beberapa kali sedikit melebar ke bahu jalan.

Kondisi ini sedikit aku paksakan sambil beberapa kali membuka dan menutup kaca helm biar wajah ini terkena hembusan angin sehingga itu akan membuat aku tetap terjaga. Tak berapa lama kami akhirnya sampai di Trenggalek kemudian lanjut menuju ke Tulungagung. Melewati jalur Trenggalek - Tulungagung kondisi mata sudah lumayan ok dibandingkan ketika melewati kawasan hutan tadi. Maklum saja pemandangan disekitar jalan sudah tidak monoton lagi hehehhehehee. 

Sampai di Tulungagung mampir sebentar ke pombensin buat isi bbm. 50 ribu rupiah aku keluarkan dari dompet untuk minum si merah maron. Kemudian kami ambil arah menuju ke Kediri karena jalur ini jauh lebih safety dibandingkan lewat Blitar - Karangkates - Malang. Sebenarnya jalur Blitar - Karangkates - Malang - Pandaan pemandangannya indah dan lumayan menantang sih. Tapi karena kondisinya pada malam hari ditambah badan yang sudah lelah maka kami putuskan cari amannya saja deh hehehehehe. 

Tepat pukul 22.55 WIB kami kemudian sampai di kota Tahu Kediri. Kondisi badan yang lelah ditambah perut yang keroncongan membuat kami berhenti dulu buat makan dan beristirahat. Kami kemudian mencari warung nasi goreng arang di Jln. Doho buat memadamkan kelaparan ini. Saat menanti nasi goreng matang aku dan bro Arief sampai ketiduran hehehehhe. Kami kemudian terbangun setelah sempat tertidur kira-kira 20 menitan.

Saatnya memasuki etape terakhir yaitu Kediri - Pandaan. Perjalanan Kediri - Pandaan via Mojokerto tanpa ada halangan yang berarti. Si merah maroon aku geber sampai 100 Kpj. Meskipun lalu lintas lumayan sepi tapi kami tetep harus hati-hati karena kondisi jalan yang sedikit bergelombang. Dan tepat pukul 03.15 WIB akhirnya sampai juga di rumah tercinta. Alhamdulilah, si merah maroon segera kumasukkan ke kandang begitupun juga dengan aku hehehehehe. Cuci muka, cuci kaki dan ZZzzzzzzzzzzzzzZZZzzzzz. See you in the next story. Salam Keluyurers  "We Are Many, We Are One".....................
TAMAT.


No comments:

Post a Comment