|
Penampakan bintang-bintang |
Gerimis hujan masih menemani
perjalanan kami menuju Wonosari. Dari arah Tugu Jogja kami sedikit bingung karena setelah Jln. Jend. Sudirman ternyata jalan satu
arah. Terpaksa kami akhirnya meminta bantuan kepada GPS hehehhehehe. Setelah
muter-muter sesuai petunjuk arah dari GPS akhirnya kami sampai juga di Ring Road Timur. Thank’s buat bro Arief & GPS’nya.
Dari Ring Road Timur sudah tidak
ada kendala, kami tinggal ikuti jalan saja sampai entar ketemu perempatan menuju
arah Wonosari. Dari sini lurus saja ikuti arah. Jalannya lumayan menanjak, sedikit
gelap dan agak licin ketika hujan. Jadi dibutuhkan
kewaspadaan dan konsentrasi yang tinggi ketika melewatinya. Tak berapa lama kami sampai disuatu jembatan di perbukitan Pathuk dimana disini
kanan-kirinya banyak orang berjualan kopi, gorengan dan jagung bakar.
|
Pas susunya |
Wah, akhirnya kami sampai di Bukit
Bintang. Meskipun ini hari sabtu, pengunjungnya lumayan sedikit malam ini dikarenakan cuaca lagi kurang bersahabat (sedikit gerimis). Kalo pas cuaca lagi cerah
dijamin pengunjungnya pasti akan membludak. Momen yang pas buat menikmati Bukit
Bintang adalah ketika sunset tiba dan malam hari karena pemandangannya memang benar-benar indah
seakan-akan kita melihat sekumpulan bintang dilangit sana. Padahal aslinya bintang-bintang
itu adalah hanyalah gemerlap lampu-lampu rumah dan lampu jalan dibawah sana. Bukit
Bintang sendiri terletak di antara jalan
Jogja - Wonosari (Jawon) perbukitan Pathuk atau sekitar 15 km dari pusat kota
Jogja ke arah Wonosari.
|
Menatap bintang |
Tapi sayang sekali penampakan
bintang-bintang disini kurang begitu gemerlap cahayanya karena selain masih gerimis, cuaca juga sedikit berkabut. Meskipun begitu, itu tak
menyurutkan buat kami untuk menikmati momen ini. 2 cangkir kopi susu (lagi) cukup
buat menemani kami disini sambil sesekali memandang kearah bintang-bintang disana. Kalo ditotal dari keberangkatan kami dari Wonosari, sudah 4x ini kami minum kopi dalam sehari hehehehehe. Busyet, kayak minum obat aja.
|
Nyruput doeloe dulur |
|
Secangkir Kopi Panas. Mantap !! |
Pada awalnya aku kira Bukit
Bintang itu lokasinya ada diatas bukit gitu eh ternyata letaknya pas dipinggir
Jalan raya Wonosari - Jogja hehehehehe. Jadi ketika akan ke arah Wonosari - Jogja dan
sebaliknya kita pasti akan melewati Bukit Bintang. Karena letaknya yang
dipinggir jalan itulah, maka tempat ini pasti ramai ketika sunset, malam hari
dan weekend tiba. Kebanyakan sih didominasi para muda-mudi Jogja yang sedang berpacaran hehehehehhe.
|
Para penjual kopi & jagung bakar |
Kata bro Nawa sebenarnya ada sih
tempat yang lebih indah buat menikmati gemerlap cahaya bintang-bintang disini. Cuman
karena terkendala waktu jadi kami tidak sempat mampir kesana. Setelah dirasa cukup, tepat pukul 22.30 WIB kami
lanjutkan lagi perjalanan menuju ke pemberhentian kami selanjutnya yaitu : Angkringan Teh Poci di Wonosari.
Perjalanan menuju Wonosari lumayan joss, treknya yang menanjak, kondisi jalan yang sedikit gelap dan sempit membuat adrenalin kami berdegup kencang. Ditambah kondisi
jalanan yang sepi karena cuaca masih gerimis. Ditengah jalan kami menyalip 3
orang pengendara vespa. Kayaknya vespa yang satunya entah mogok atau kehabisan
bensin gitu. Soalnya terlihat pengendara vespa yang satunya memberi bantuan dengan mendorong menggunakan kendaraannya. Wah, salut buat deh mereka padahal jalannya menanjak tapi tetep saja mereka gak mau menyerah.
Mampir dulu sebentar di pombensin, soalnya nanti di kawasan Pantai GK (Gunung Kidul) sudah tidak ada pombensin lagi yang menjual pertamax. Jadi mumpung
disini, sekalian saja isi Rp. 50.000,-. Selang berapa lama akhirnya
kami sampai juga di Wonosari. Si Merah Maroon langsung ku arahkan menuju
Angkringan Teh Poci, tepatnya di Jalan Brigadir
Jend. Katamso pas di depan Bank BNI atau di sebelahnya Bank BCA Wonosari.
Angkringannya sangat sederhana banget, terletak di
trotoar jalan dan hanya disinari cahaya dari lampu toko dan penerangan jalan saja. Terlihat hanya
beberapa tungku dan penggorengan disana. Meskipun begitu pengunjungnya lumayan banyak malam ini. Menurut bro Nawa angkringan Teh Poci lebih
ramai pengunjungnya daripada Angkringan Kopi.
|
Angkringan Teh Poci |
|
Menghabiskan malam di angkringan Teh Poci |
|
Teh Poci |
Yang unik disini adalah : gula
yang dipakai bukan menggunakan gula pasir seperti teh kebanyakan melainkan
menggunakan gula batu. Serta cara penyajiannya pun sedikit berbeda yaitu
menggunakan sebuah nampan yang terdiri dari 1 buah poci yang terbuat dari tanah
liat dan 3 gelas kecil, sesuai jumlah orang yang memesan. Sedangkan gulanya ditaruh didalam gelas gitu, bukan didalam
Poci.
Jadi yang didalam Poci itu adalah teh tawar. Selain teh poci disini juga
tersedia aneka macam gorengan, tapi untuk gorengan disini tidak disediakan
petis melainkan hanya lombok saja. Beda dengan ditempat kita tinggal (Pandaan) yaitu setiap gorengan hampir pasti selalu ada petisnya. Kami tidak bisa berlama-lama
ngangkring disini, karena besok paginya kami berencana mengekplorasi pantai di kawasan Gunung Kidul sekalian cabut on the way ke kampung halaman tercinta.
|
Masuk kandang dulu |
|
Narsis dulu sebelum tidur |
|
Kayaknya capek banget ya bro |
Oke deh bro, sekian liputan
untuk hari ini. Waktunya kembali ke penginapan (toko). Sugeng dalu sedoyo (selamat malam semua) hehehehehhe.......
No comments:
Post a Comment